Home Top Ad

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI ENERGI DAN PERUBAHANNYA MELALUI METODE EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS VI SD

Share:
ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA materi energi dan perubahannya melalui metode eksperimen pada siswa kelas VI SD Negeri Telukan 03 semester II tahun pelajaran 2010/2011.
Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yaitu bulan Januari 2011 sampai dengan bulan Maret 2011. Subjek dalam penelitian adalah aktivitas dan hasil belajar IPA materi energi dan perubahannya pada siswa kelas VI SD Negeri Telukan 03 semester II tahun pelajaran 2010/2011 yang terdiri atas 27 siswa yaitu 15 laki-laki dan 12 perempuan.
Prosedur penelitian yang digunakan yaitu prosedur jenis penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Analisis data, data kualitatif hasil pengamatan aktivitas belajar dianalisis menggunakan analisis diskriptif kualitatif dengan membandingkan siklus I dengan siklus II, sedangkan data yang berupa angka (data kuantitatif) dari hasil belajar siswa dianalisis menggunakan deskriftif komparatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes siklus I dan nilai tes siklus II, kemudian direfleksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode eksperimen dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA materi energi dan perubahannya pada siswa Kelas VI SD Negeri Telukan 03 Semester II tahun pelajaran 2010/2011. Aktivitas belajar IPA dari siklus I ke siklus II terdapat peningkatan: aspek pengetahuan (nilai rata-rata 3,1 menjadi 4,5, meningkat 1,4; persentase 63,0% menjadi 90,4%, naik 27,4%; dari kategori baik menjadi amat baik), aspek sikap (nilai rata-rata 3,2 menjadi 4,5, naik 1,3; prosentase 64,4% menjadi 90,4%, naik 26%; dari kategori baik menjadi amat baik); dan aspek praktek (nilai rata-rata 3,5 menjadi 4,6, meningkat 1,1; persentase 70,4% menjadi 91,1%, naik 20,7%; dari kategori baik menjadi amat baik). Hasil belajar siswa dari kondisi awal ke siklus II mengalami peningkatan, dari 12 siswa (44%) yang mendapat nilai tuntas menjadi 27 siswa (100%). Terjadi peningkatan sebanyak 15 siswa (56%) dan nilai rata-rata kelas dari 59,8 menjadi 80,9, meningkat sebesar 21,1.

Kata Kunci : Aktivitas dan hasil belajar IPA. Enegi dan Perubahannya. Metode eksperimen

Latar Belakang Masalah
Kemampuan dasar, materi pokok, dan indikator pencapaian hasil belajar yang dicantumkan dalam Standar Nasional merupakan bahan minimal yang harus dikuasai siswa. Oleh karena itu, di daerah, sekolah atau guru dapat mengembangkan, menggabungkan, atau menyesuaikan bahan yang disajikan dengan situasi dan kondisi setempat. Realitanya hasil belajar siswa dalam materi IPA belum menunjukkan hasil yang diinginkan.
Salah satu Standar kompetensi yang masih rendah hasil capaiannya adalah materi energi dan perubahannya. Dari dua standar kompetensi yang ada pada standar kompetensi ini, kompetensi dasar yang perlu ditingkatkan kualitas pembelajarannya adalah menyajikan informasi tentang perpindahan dan perubahan energi listrik. Kondisi itulah yang terlihat di dalam hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri Telukan 03.
Hal itu dapat diketahui dari rata-rata nilai harian siswa. Pada satu kali ulangan harian dan satu kali nilai tugas yang diadakan guru dengan kompetensi dasar Menyajikan informasi tentang perpindahan dan perubahan energi listrik menunjukkan 56% siswa (15 orang) mendapatkan nilai kurang dari 65. Hasil nilai tersebut dikatakan rendah karena belum bisa mencapai KKM yang telah ditentukan yaitu 65. Nilai -nilai tersebut dapat diartikan, bahwa pemahaman siswa terhadap kompetensi dasar tersebut relatif masih rendah.
Sebelum penelitian ini dilakukan, guru memang belum mengoptimalkan metode pembelajaran yang bervariasi yang bisa meningkatkan kualitas hasil belajar siswa pada kompetensi dasar tersebut. Guru sebatas menggunakan metode ceramah serta penugasan kepada siswa. Dalam kegiatan belajar mengajar guru hanya memberikan paparan materi dan contoh-contoh di papan tulis, kemudian memberikan tugas untuk mengerjakan soal.
Dari uraian diatas, tanpa disadari siswa dan guru hanya melakukan rutinitas yang sama setiap belajar IPA, karena guru belum mengoptimalkan metode pembelajaran yang bervariasi dan menyenangkan yang bisa memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada siswa, sehingga kualitas pembelajaran IPA masih belum bisa memuaskan. Salah satu cara yang bisa memberikan pengalaman belajar bermakna bagi siswa sehingga nantinya diharapkan bisa meningkatkan kualitas pembelajaran IPA pada kompetensi dasar menyajikan informasi tentang perpindahan dan perubahan energi listrik ini adalah dengan mengoptimalkan penggunaan metode pembelajaran eksperimen.
Berdasarkan uraian di atas maka dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk meneliti penggunaan metode Eksperimen sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran IPA yang membawa siswa belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan. Dengan menetapkan judul“    Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Materi Energi dan Perubahannya Melalui Metode Eksperimen pada Siswa Kelas VI SD Negeri Telukan 03 Semester II Tahun Pelajaran 2010/2011”

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian : Apakah dengan menggunakan metode eksperimen dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA materi energi dan perubahannya pada siswa Kelas VI SD Negeri Telukan 03 semester II tahun pelajaran 2010/2011?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah mendiskripsikan  peningkatan  aktivitas dan hasil belajar IPA materi energi dan perubahannya dengan menggunakan metode eksperimen pada siswa kelas VI SD Negeri Telukan 03 semester II tahun pelajaran 2010/2011.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian bagi siswa, penelitian ini dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa terutama pada pembelajaran IPA di kelas VI SD. Manfaat bagi guru, penelitian ini dapat membantu guru memperbaiki pembelajaran mata pelajaran IPA, sebagai masukan untuk meningkatkan minat dan perhatian siswa terhadap mata pelajaran IPA dan dapat meningkatkan rasa percaya diri guru dalam proses pembelajaran mata pelajaran IPA di kelas VI SD. Manfaat bagi sekolah dan pendidikan secara umum penelitian ini memberikan sumbangan positif tentang metode pembelajaran IPA di kelas VI SD, menanggulangi kesulitan pembelajaran IPA di kelas VI dan menciptakan kerjasama yang kondusif antara peneliti dengan sekolah untuk kemajuan sekolah dalam pelajaran IPA.
KAJIAN TEORI
Hakikat Belajar
Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik dan sebaliknya bila tidak belajar responnya menjadi menurun sedangkan menurut Gagne belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapasitas baru (Dimyati, 2002:10). Sedangkan menurut kamus umum bahasa Indonesia belajar diartikan berusaha (berlatih dsb) supaya mendapat suatu kepandaian (Purwadarminta, 2001:109)
Belajar dalam penelitian ini diartikan segala usaha yang diberikan oleh guru agar mendapat dan mampu menguasai apa yang telah diterimanya dalam hal ini adalah pelajaran IPA.
Hasil Belajar
Hasil belajar terdiri dari dua kata, yakni hasil dan belajar. Antara hasil dan belajar memiliki arti yang berbeda. Hasil ialah wujud pencapaian dan suatu tujuan yang dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun kelompok. Hasil tak akan pernah didapat selama seseorang tidak melakukan suatu tindakan. Sedangkan belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk menuju suatu perubahan. Dengan demikian dapat dipahami makna hasil belajar merupakan wujud tujuan yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan pada diri individu dalam aktivitas kemandirian hidup. (Djamarah. 1994:1-5). Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. (Sudjana,1991:22)
Sudjana (1991:56-57) Hasil yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar yang optimal cenderung menunjukkan hasil yang berciri sebagai berikut: 1) Kepuasaan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsif pada diri siswa. Motivasi intrinsif adalah semangat juang untuk belajar yang tumbuh dan dalam diri siswa itu sendiri, siswa tidak akan mengeluh dengan prestasi yang rendah, dan siswa akan berjuang lebih keras lagi utuk memperbaikinya, sebaliknya, hasil belajar yang baik akan mendorong siswa untuk meningkatkan apa yang telah dicapainya. 2) Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya. Artinya siswa tahu kemampuan dirinya dan percaya siapa punya potensi yang tak kalah dari orang lain apabila siswa berusaha sebagaimana harusnya. Siswa juga yakin tidak ada sesuatu yang tidak dapat dicapai bila siswa berusaha sesuai dengan kesanggupannya. 3) Hasil belajar yang dicapainya bermakna bagi diri siswa, seperti makan tahan lama dilihatnya, membentuk perilakunya, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dan pengetahuan lainnya, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri serta dapat mengembangkan kreativitas. 4) Hasil belajar diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif atau sikap yang apresiasif, serta ranah psikomotorik, ketrampilan atau perilaku. Ranah kognitif terutama adalah hasil yang diperolehnya sedangkan ranah afektifnya dan psikomotorik diperolehnya sebagai efek samping yang tidak dilaksanakan dalam pembelajaran. 5) Keterampilan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan dirinya terutama dalam menerima hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dari usaha belajarnya. Siswa tahu dan sadar bahwa tinggi rendahnya hasil belajar yang dicapaiannya tergantung pada usaha dan motivasi belajar dirinya sendiri.
Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006:34) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsipsaja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang empirik dan faktual. Hakikat IPA sebagai proses diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih ketrampilan proses bagaimana cara produk sains ditemukan.
Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006:35) secara terperinci adalah: (1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaann-Nya, (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, (4) mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, (5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan (7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.
IPA Materi Energi Listrik dan perubahannya
Penggunaan energi listrik bergantung pada daya listrik berbagai peralatan yang digunakan. Jika digunakan bersamaan, maka peralatan listrik yang berdaya besar membutuhkan energi listrik yang besar pula dibandingkan dengan peralatan yang sejenis yang berdaya kecil. Selain bergantung pada daya listrik, besar energi listrik juga bergantung pada lamanya peralatan itu digunakan. Jika semakin lama peralatan digunakan, maka energi listrik yang diperlukan juga semakin besar.
Berdasarkan uraian di atas maka energi listrik dapat dirumuskan:
W = P × t
mengingat P = V × I, maka:
W = V × I × t
Karena V = I × R, maka persamaan di atas dapat pula ditulis:
W = I2 × R × t
dengan W= energi listrik …………………………… Joule (J)
P = daya ………………………………………. watt (W)
t = waktu ……………………………………. sekon (s)
I = kuat arus ……………………………….. ampere (A)
R = hambatan ………………………………. ohm (Ω)
Untuk penggunaan sehari-hari, biasanya daya diukur dalam satuan kilowatt (kW), dan waktu diukur dalam satuan jam (hour, disingkat h). Jika satuan-satuan ini yang digunakan, maka energi listrik bersatuan kilowatt jam (kWh).
Perubahan-perubahan dalam energi listrik adalah sebagai berikut.
1. Energi Listrik Diubah Menjadi Energi Cahaya
Hasil dari perubahan ini dapat kamu lihat secara nyata dari peristiwa menyalanya lampu yang dihubungkan dengan jaringan listrik PLN. Kamu juga dapat melihat macam-macam bentuk lampu yang ada di sekitarmu. Dan lampu yang menyala karena adanya filamen yang ada didalamnya, hingga lampu yang menyala karena adanya proses ionik akibat adanya beda potensial di dalam ruang lampu tersebut.
2. Energi Listrik Diubah Menjadi Energi Gerak
Proses perubahan ini dapat kamu saksikan ketika kamu menghidupkan kipas angin. Mengapa kipas tersebut dapat berputar? Kipas tersebut dapat berputar karena adanya energy listrik yang diubah oleh komponen-komponen magnet di dalam kipas tersebut menjadi energi gerak.
3. Energi Listrik Diubah Menjadi Energi Panas
Perubahan energi listrik menjadi energi panas dapat kamu lihat pada peralatan-peralatan rumah tangga. Seterika, kompor listrik, dan solder merupakan contoh-contohnya. Peralatan ini memanfaatkan kawat yang memiliki hambat jenis besar, misalnya kawat nikelin atau nikrom.
4. Energi Listrik Diubah Menjadi Energi Kimia
Penyepuhan memanfaatkan bentuk perubahan energy listrik menjadi energi kimia melalui proses-proses kimiawi. Secara sederhana, penyepuhan dilakukan dengan cara mengalirkan arus listrik pada bahan pelapis (sebagai anoda) dan perhiasan yang akan disepuh (sebagai katoda) melalui cairan elektrolit. Selama proses ini logam pelapis lama-lama akan habis karena berubah menjadi partikel-partikel kecil yang kemudian menempel pada perhiasan yang disepuh. Proses penempelan inilah yang membutuhkan energi listrik. (Anonim, 2010: 1)
Metode Eksperimen
Menurut Schoenherr (1996) yang dikutip oleh Palendeng (2003:81) metode eksperimen adalah metode yang sesuai untuk pembelajaran sains, karena metode eksprimen mampu memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan kreativitas secara optimal. Siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-konsep dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya.
Dalam metode eksperimen, guru dapat mengembangkan keterlibatan fisik dan mental, serta emosional siswa. Siswa mendapat kesempatan untuk melatih ketrampilan proses agar memperoleh hasil belajar yang maksimal. Pengalaman yang dialami secara langsung dapat tertanam dalam ingatannya. Keterlibatan fisik dan mental serta emosional siswa diharapkan dapat diperkenalkan pada suatu cara atau kondisi pembelajaran yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan juga perilaku yang inovatif dan kreatif.
Pembelajaran dengan metode eksperimen melatih dan mengajar siswa untuk belajar konsep fisika sama halnya dengan seorang ilmuwan fisika. Siswa belajar secara aktif dengan mengikuti tahap-tahap pembelajarannya. Dengan demikian, siswa akan menemukan sendiri konsep sesuai dengan hasil yang diperoleh selama pembelajaran.
Pembelajaran dengan metode eksperimen menurut Palendeng (2003:82) meliputi tahap-tahap sebagai berikut : (1) percobaan awal, pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi fisika yang akan dipelajari. (2) pengamatan, merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan. Siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut. (3) hipoteis awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil pengamatannya. (4) verifikasi, kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa diharapkan merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat dilaporkan hasilnya. (5) aplikasi konsep, setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan pemantapan konsep yang telah dipelajari. (6) evaluasi, merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep.
Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu siswa untuk memahami konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui apabila siswa mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, maupun aplikasi dalam kehidupannya. Dengan kata lai , siswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh, dan menerapkan konsep terkait dengan pokok bahasan.
Metode eksperimen mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut: (Siti Rohana, 2009: 1)
Kelebihan metode eksperimen: (a) Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya. (b) dalam membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. (c) Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia.
Kekurangan metode eksperimen: (a) Metode ini lebih sesuai untuk bidang-bidang sains dan teknologi. (b) metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan kadangkala mahal. (c) Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan. (d) Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada factor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian.
Kerangka Berpikir
Kondisi awal guru belum menggunakan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA materi energi dan perubahannya, maka aktivitas dan  hasil belajar IPA masih rendah.
Untuk memperbaiki dan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA materi energi dan perubahannya perlu adanya tindakan yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan menggunakan metode eksperimen. Siklus I menggunakan metode eksperimen secara kelompok besar dan siklus II menggunakan metode eksperimen secara kelompok kecil. Dengan tindakan yang berbeda dari siklus I ke siklus II diharap aktivitas dan hasil belajar IPA materi energi dan perubahannya meningkat.
Kondisi akhir diduga dengan menggunakan metode eksperimen dapat meningkatkan aktivitas dan  hasil belajar IPA materi energi dan perubahannya pada siswa Kelas VI SD Negeri Telukan 03 Semester II tahun pelajaran 2010/2011.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: metode eksperimen dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA materi energi dan perubahannya pada siswa Kelas VI SD Negeri Telukan 03 semester II tahun pelajaran 2010/2011.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yaitu bulan Januari 2011 sampai dengan bulan Maret 2011. Penelitian dilaksanakan di kelas VI SD Negeri Telukan 03, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Propinsi Jawa Tengah.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah aktivitas dan hasil belajar IPA materi energi dan perubahannya siswa kelas VI SD Negeri Telukan 03, dengan jumlah siswa 27 orang yang terdiri dari 15 laki-laki dan 12 perempuan.
Sumber Data
    Sumber data pada penelitian tindakan kelas ini ada dua yaitu data yang berasal dari subyek penelitian (primer) dan dari bukan subyek (skunder).
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini berupa teknik tes, dan teknik non tes. Sedangkan alat Pengumpulan Data meliputi dokumen, tes dan pengamatan. Dokumen digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar kondisi awal siswa yaitu berupa daftar nilai/laporan penilaian, pengolahan dan analisis hasil belajar siswa. Tes digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa yang berupa butir soal. Pengamatan menggunakan lembar penilaian yaitu untuk mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA meliputi aspek pengetahuan, sikap dan praktek.
Validitas dan Analisis Data
Untuk memperoleh data yang valid mengenai aktivitas dan hasil belajar IPA materi energi dan perubahannya pada siswa kelas VI SD Negeri Telukan 03 semester II tahun pelajaran 2010/2011 yaitu: 1) aktivitas belajar (observasi) divalidasi melalui trianggulasi sumber, yaitu data yang berasal dari siswa, guru dan rekan kolaborator yang merupakan data kualitatif dianalisis menggunakan analisis diskriptif kualitatif berdasarkan pengamatan dan refleksi dengan membandingkan proses kondisi awal, siklus I dan siklus II. 2) hasil belajar yang berupa nilai test yang divalidasi adalah instrumen test yang berupa butir soal dengan content validity diperlukan kisi-kisi soal. Data yang berupa angka (data kuantitatif) dianalisis menggunakan diskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes setelah siklus I dan nilai tes setalah siklus II, kemudian direfleksi.
Prosedur Tindakan
Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap tindakan, tahap pengamatan/observasi dan refleksi.
Indikator Keberhasilan
Peningkatan aktivitas indikatornya adalah adanya peningkatan aktivitas dari kurang baik menjadi baik. Peningkatan hasil belajar IPA materi energi dan perubahannya indikatornya adalah nilai ulangan harian yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 65.

Tidak ada komentar