Home Top Ad

PENINGKATAN KEMAMPUAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENGUKURAN BERAT MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA BENDA-BENDA NYATA PADA SISWA KELAS I SD

Share:
ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan dan hasil belajar matematika melalui penggunaan alat peraga benda-benda nyata pada siswa kelas I SD Negeri Banaran 01 semester II tahun pelajaran 2010/2011.
Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yaitu bulan Maret 2011 sampai dengan bulan Mei 2010. Subjek dalam penelitian adalah kemampuan dan hasil belajar Matematika pada siswa kelas I SD Negeri Banaran 01 semester II tahun pelajaran 2010/2011 yang terdiri dari 19 siswa yaitu 11 laki-laki dan 8 perempuan.
Prosedur penelitian yang digunakan yaitu prosedur jenis penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Analisis data kualitatif hasil pengamatan kemampuan membaca dianalisis menggunakan analisis diskriptif kualitatif dengan membandingkan siklus I dengan siklus II, sedangkan data yang berupa angka (data kuantitatif) dari hasil belajar siswa dianalisis menggunakan deskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes siklus I dan nilai tes siklus II, kemudian direfleksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penggunaan alat peraga benda-benda nyata dapat meningkatkan kemampuan dan hasil belajar Matematika pada siswa Kelas I SD Negeri Banaran 01 Semester I tahun pelajaran 2010/2011. Kemampuan siswa dalam menghitung berat dari siklus I ke siklus II terdapat peningkatan: aspek mengenal berat (nilai rata-rata meningkat 0,9; persentase naik 16,9%; dari kategori baik menjadi amat baik), aspek membandingkan langsung (nilai rata-rata naik 0,8; prosentase  naik 14,8%; dari kategori baik menjadi amat baik); aspek membandingkan tidak langsung (nilai rata-rata meningkat 0,7; persentase naik 13,7%; dari kategori baik menjadi amat baik), aspek menunjukkan perbedaan (nilai rata-rata naik 0,8; prosentase naik 15,8%; dari kategori baik menjadi amat baik); dan aspek membandingkan dengan satuan tidak baku (nilai rata-rata meningkat 0,9; persentase naik 18,9%; dari kategori baik menjadi amat baik). Hasil belajar siswa dari kondisi awal ke siklus II mengalami peningkatan, yaitu dari 3 siswa (16%) yang mendapat nilai tuntas menjadi 19 siswa (100%). Terjadi peningkatan sebanyak 16 siswa (84%) dan nilai rata-rata kelas dari 58,9 menjadi 84,7, meningkat sebesar 25,8.

Kata Kunci : Kemampuan dan hasil belajar Matematika, Penggunaan alat peraga benda-benda nyata
Latar Belakang Masalah
Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analisis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaanyang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Kurikulim Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut agar di dalam setiap kesempatan pembelajaran matematika, hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan kondisi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, siswa secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, guru dituntut menggunakan media pembelajaran dan metode pembelajaran yang sesuai.
Fakta yang dapat kita lihat di lapangan, masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran matematika. Hal ini disebabkan oleh beberapa kemungkinan diantaranya siswa tidak mempunyai kemampuan dasar berhitung yang baik. Siswa tidak tertari pada matematika, guru belum dapat memilih dan menggunakan metode yang sesuai, dan lain-lain.
Banyak model pembelajaran yang bermanfaat bagi siswa, khususnya yang berbakat dalam menumbuhkan aktivitas siswa dalam belajar. Model-model pembelajaran dapat digabung atau dipilih untuk tujuan tertentu. Pembelajaran akan berhasil jika seorang guru dapat memilih dengan tepat model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa dan karakteristik materi yang akan dibahas. Model pembelajaran yang dipilih guru hendaknya dapat membangkitkan minat belajar dan motivasi serta aktivitas belajar siswa.
Harun Supriatna (2009: 48) mengemukakan bahwa salah satu cara untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran di sekolah adalah memilih atau menetapkan strategi pembelajaran yang resmi dengan kondisi yang diprediksi dapat mempengaruhi hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa. Agar hal ini tercapai, guru harus memiliki kemauan dan kemampuan yang memadai untuk mengembangkan atau menetapkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi pengajaran. Pembelajaran yang berhasil ditunjukkan oleh adannya penguasaan materi oleh siswa. Tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran biasanya dinyatakan dengan nilai. Jika ternyata ada nilai yant tidak memenuhi standar ketuntasan belajar maka hal ini merupakan masalah yang harus diperbaiki.
Pada dasarnya belajar matematika merupakan belajar konsep. Konsep-konsep pada matematika menjadi kesatuan yang bulat dan berkesinambungan. Untuk itu dalam proses pembelajaran guru harus dapat menyapaikan konsep tersebut kepada siswa dan bagaimana siswa dapat memahaminya. Pengajaran pada matematika dilakukan dengan memperhatikan urutan konsep dimulai dari yang paling sederhana. Keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar pada pembelajaran matematika dapat diukur dari keberhasilan siswa yang mengikuti kegiatan tersebut. Keberhasilan itu dapat dilihat dari tingkat pemahaman, penguasaan materi serta prestasi belajar siswa. Semakin tinggi pemahaman dan penguasaan materi maka semakin tinggi pula prestasi belajar siswa. Namun dalam kenyataannya dapat dilihat bahwa sampai saat ini prestasi belajar matematika yang dicapai siswa masih rendah.
Rendahnya prestasi belajar matematika tidak hanya kesalahan siswa tetapi juga disebabkan oleh proses belajar yang tidak sesuai. Saat ini masih banyak guru yang menggunakan model pembelajaran lama pada proses pembelajaran di sekolah-sekolah. Guru membacakan atau membawakan bahan yang disiapkan dan siswa mendengarkan., mencatat dengan teliti dan mencoba menyelesaikan soal sesuai contoh dari guru, atau disebit model pembelajaran konvensional. Hal ini mengakibatkan kurangnya interaksi antara guru dan siswa. Menjadikan siswa pasif, kurang perhatian untuk belajar kreatif dan mandiri.
Berdasarkan karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK) diantaranya adalah masalah dalam PTK dipicu oleh munculnya kesadaran pada diri guru. Dalam hal ini penulis merasa bahwa ada sesuatu yang diperbaiki dalam praktek pembelajaran di dalam kelas. Maka penulis mencoba memprakarsai diri dalam guru sendiri (an inquiri practice from within) dan dibantu oleh teman sejawat. Masalah yang perlu diperbaiki dalam pembelajaran matematika adalah siswa belum memahami materi pokok pengukuran berat. Masalah tersebut dapat diketahui dari hasil ulangan harian siswa dari jumlah 19 siswa di kelas 1 SD Negeri Banaran 01  yang mendapat nilai 65 ke atas hanya 3 siswa (16%). Berpijak dari permasalahan di atas, penulis berupaya untuk mengubah situasi pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, inovatif, dan kreatif melalui Penelitian Tindakan Kelas.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian : Apakah melalui penggunaan alat peraga benda-benda nyata dapat meningkatkan kemampuan dan hasil belajar Matematika materi pengukuran berat pada siswa Kelas I SD Negeri Banaran 01 semester II tahun pelajaran 2010/2011?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah mendiskrisikan kemampuan dan hasil belajar matematika materi pengukuran berat melalui penggunaan alat peraga benda-benda nyata pada siswa kelas I SD Negeri Banaran 01 semester II tahun pelajaran 2010/2011.
Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini banyak manfaat yang diperoleh, diantaranya:
Bagi siswa dapat meningkatkan kemampuan dan prestasi belajar sesuai tujuan yang diharapkan. Bagi guru sebagai alat pantau keberhasilan siswa dan dapat mengembangkan kemampuan secara lebih profesional dalam bidangnya. Bagi lembaga sekolah dengan meningkatnya prestasi dalam pembelajaran dapat meningkatkan keprofesionalan guru dengan demikian mutu pendidikan akan meningkat yang akhirnya prestasi sekolah meningkat juga.
KAJIAN TEORI
Matematika di SD
Bagian inti matematika di SD mencakup aritmatika, pengantar aljabar, geometri, pengukuran dan kajian data (statistika). Penekanan matematika di SD terletak pada penguasaan bilangan yang didalamnya termasuk berhitung. Karena sifatnya masih anak-anak, sebaiknya matematika di SD disampaikan dalam bentuk permainan atau nyanyian yang sebelumnya telah dikenal siswa. Hal ini bertujuan agar anak merasa senang belajar matematika. Melalui permainan atau nyanyian yang sebelumnya telah dikenal siswa. Hal ini bertujuan agar anak merasa senang belajar matematika. Melalui permainan dan nyanyian siswa belajar dengan penuh kegembiraan dan penuh semangat, baru kemudian menumbuhkan kemampuan logika secara sederhana. Hal ini berarti bahwa dalam menyampaikan materi matematika SD tidak cukup bagaimana menyampaikan materi kepada siswa dan bagaimana agar siswa dapat menyelesaikan soal, namun justru terletak pada bagaimana anak memiliki logika secara sederhana untuk menemukan sendiri cara penyelesaiannya dan sikap yang baik ketika belajar matematika.
Sutrisman dan tambunan (1987:24) mendefinisikan matematika sebagai ilmu yang dapat membantu manusia menafsirkan secara eksak berbagai ide dan kesimpulan-kesimpulan serta dalam mengambil keputusan. Salah satu cara yang dapat digunakan guru untuk membuat manusia memahami dan mengerti konsep dalam matematika SD adalah dengan objek langsung kepada anak. Anak dikenalkan benda secara konkrit yang dihubungkan dengen konsep angka dan perhitungan. Objek langsung dalam matematika terdiri dari fakta, konsep dan prinsip. Selain objek langusng dalam matematika juga terdapat objek tidak langsung yang terdiri dari mengalihkan perhatian, kemampuan menyelidiki, kemampuan memecahkan masalah, disiplin diri dan apresiasi terhadap struktur matematika. Setiap objek langsung pengajaran matematika tersebut memiliki tingkat kesulitan yang menuntut kemampuan kognitif yang berbeda, maka mengajarkan objek langsung dalam pengajaran matematika memerlukan strategi mengajar tersendiri yang sesuai dengan objek yang sedang dipelajari siswa.
Fakta matematika menurut Sutrisman dan Tambunan (1987:26) diartikan sebagai ide abstrak yang memudahkan orang dapat mengklasifikasikan objek atau kejadian dan menentukan apakah objek atau kejadian itu adalah contoh dari ide abstrak itu. Konsep dapat dipelajari melalui definisi-definisi atau melalui pengamatan langsung. Dalam belajar konsep, siswa yang masih berada dalam tahap operasi konkrit, biasanya perlu melihat dan memegang benda (objek) yang dinyatakan oleh konsep itu, sedangkan siswa dalam tahap operasi formal mempelajarii konsep melalui diskusi dan memperhatikannya dengan sungguh-sungguh.
Media dan Alat Peraga Pembelajaran
Ridha Sarwono dan Stefanus C (2009: 9) mengatakan bahwa : media pembelajaran merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak, baik menggunakan teknologi sederhana maupun kompleks untuk menciptakan lingkungan atau pengalaman yang memungkinkan siswa untuk belajar sehingga tercapainya tujuan pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan setiap hari merupakah kehidupan dari suatu kelas dimana guru dan siswa saling terkait dalam pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan oleh guru. Karena guru merupakan pengelola tunggal di dalam kelas.
Hudoyo (1998:55) menyatakan bahwa belajar matematika merupakan proses membangun konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang bersifat aktif dan dinamis. Dalam hal ini siswa membangun sendiri arti dari pengalamannya dan interaksi dengan orang lain, sedangkan membangun sendiri arti dari pengalamannya dan interaksi dengan orang lain. Sedangkan tugas guru adalah memberikan pegnalaman yang bermakna bagi siswa. Sedangkan menurut Pieget (1987: 109) menyatakan bahwa taraf berpikir anak seusia SD adalah masih konkret operasional. Artinya untuk memahami suatu konsep siswa masih harus diberikan kegiatan yang berhubungan dengan benda nyata atau kejadian nyata yang dapat diterima akal mereka.
 Sukayati (2003:45) mengemukakan bahwa media pembelajaran  diartikan sebagai semua benda yang menjadi perantara dalam terjadinya pembelajaran. Dalam belajar matematika, pengalaman belajar siswa sangatlah penting. Pengalaman tersebut akan membentuk pemahaman apabila ditunjang dengan alat bantu belajar, agar pemahaman matematika tersebut menjadi konkret. Dengan demikian alat bantu belajar atau biasa disebut media akan berfungsi dengan baik apabila media tersebut dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna, mengaktifkan dan menyenangkan siswa.
Ridha Sarwono dan Stefanus C (2009:67) membagi bentuk-bentuk media menjadi: 1) media sederhana, adalah media yang tidak banyak membutuhkan sarana teknologi yang tinggi, karena media ini ada disekitar kita dan ada yang dapat dibuat sendiri. 2) media grafis, adalah bentuk media dua dimensi dan banyak menggunakan bantuan komputer dapat dimanfaatkan untuk pelaksanaan program pembelajaran.
Hasil Belajar Matematika
Nana Sudjana (1995:22) mengemukakan bahwa hasil belajar matematika adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah memperoleh pengalaman belajarnya. Dalam belajar matematika terjadi proses berpikir dan terjadi kegiatan mental dan dalam kegiatan dalam menyusun hubungan-hubungan antara bagian-bagian informasi yang diperoleh sebagai pengertian. Karena itu orang menjadi memahami dan menguasai hubungan-hubungan tersebut. Dengan demikian siswa dapat menampilkan pemahaman dan penguasaan bahan yang dipelajari tersebut, inilah yang disebut hasil belajar.
Gagne (1977:47-48) mengelompokkan hasil belajar menjadi lima bagian dalam bentuk kapabilitas, yakni ketrampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, ketrampilan motorik dan sikap. Gagne dan Briggs (1978:49-55) menerangkan bahwa hasil belajar yang berkaitan dengan lima kategori tersebut adalah 1) ketrampilan intelektual adalah kecakapan yang berkenaan dengan pengetahuan prosedural yang terdiri atas deskriminasi jamak, konsep konkrit dan terdefinisi, kaidah serta prinsip, 2) strategi kognitif adalah kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah baru dengan jalan mengatur proses internal masing-masing individu dalam memperhatikan, menginggat, dan berpikir. 3) informasi verbal adalah kemampuan untuk mendeskripsikan sesuatu dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasi-informasi yang relevan, 4) ketrampilan motorik adalah kemampuan untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot, 5) sikap merupakan kemampuan internal yang berperan dalam mengambil tindakan untuk menerima atau menolak bedasarkan penilaian terhadap objek tersebut.
Bloom (1976:201-207) membagi hasil belajar menjadi tiga kawasan yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Kawasan kognitif berkanaan dengan ingatan atau pengetahuan dan kemampuan intelektual serta ketrampilan-ketrampilan. Kawasan afektif menggamberkan sikap, minat dan nilai serta pengembangan pengertian atau pengetahuan dan penyesuaian diri yang memadai. Kawasan prsikomotor adalah kemampuan-kemampuan menggiatkan dan mengkoordinasikan gerak.
Berdasarkan pandangan-pandangan dari para ahli tersebut di atas maka yang dimaksud dengan hasil belajar matematika dalam penelitian ini adalah hasil dari seorang siswa dalam mengikuti proses pengajaran matematika pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar yang diukur dari kemampuan siswa tersebut dalam menyelesaikan suatu permasalahan matematika.
Hasil belajar diatas sangat dipengaruhi oleh penggunaan media pembelajaran contohnya media komputer, disamping itu minat belajar juga sangat berpengaruh terhadap hasil belajar matematika. Hasil belajar dapat diukur dari dimensi kemampuan belajar siswa secara kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kemampuan siswa tersebut dapat dimaksimalkan dengan penggunaan media di atas. 
Kerangka Berpikir
Kondisi awal guru belum menggunakan alat peraga benda-benda nyata dalam pembelajaran matematika, maka kemampuan dan  hasil belajar matematika masih rendah.
Untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan dan hasil belajar matematika perlu adanya tindakan yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan menggunakan penggunaan alat peraga benda-benda nyata. Siklus I menggunakan penggunaan alat peraga benda-benda nyata secara kelompok besar dan siklus II menggunakan alat peraga benda-benda nyata secara kelompok kecil. Dengan tindakan yang berbeda dari siklus I ke siklus II diharap kemampuan membaca dan hasil belajar matematika meningkat.
Kondisi akhir diduga dengan menggunakan alat peraga benda-benda nyata dapat meningkatkan kemampuan dan hasil belajar matematika materi pengukuran berat pada siswa Kelas I SD Negeri Banaran 01 semester II tahun pelajaran 2010/2011.
Hipotesis Tindakan

Tidak ada komentar