Home Top Ad

PENINGKATAN KETERAMPILAN DAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MENULIS PARAGRAF MELALUI PERMAINAN KARTU PADA SISWA KELAS III SD

Share:
ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan dan hasil belajar bahasa Indonesia menulis paragraf melalui permainan kartu pada siswa kelas III SD Negeri Cemani 03 semester I tahun pelajaran 2010/2011.
Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yaitu bulan Oktober 2010 sampai dengan bulan Desember 2010. Subjek dalam penelitian adalah keterampilan dan hasil belajar bahasa Indonesia tentang menulis paragraf pada siswa kelas III SD Negeri Cemani 03 semester I tahun pelajaran 2010/2011 yang terdiri atas 20 siswa yaitu 9 laki-laki dan 11 perempuan.
Prosedur penelitian yang digunakan yaitu prosedur jenis penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Analisis data, data kualitatif hasil pengamatan ketrampilan belajar dianalisis menggunakan analisis diskriptif kualitatif dengan membandingkan siklus I dengan siklus II, sedangkan data yang berupa angka (data kuantitatif) dari hasil belajar siswa dianalisis menggunakan deskriftif komparatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes siklus I dan nilai tes siklus II, kemudian direfleksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui permainan kartu dapat meningkatkan ketrampilan dan hasil belajar bahasa Indonesia tentang menulis paragraf pada siswa Kelas III SD Negeri Cemani 03 Semester I tahun pelajaran 2010/2011. Ketrampilan belajar menulis paragraf dari siklus I ke siklus II terdapat peningkatan: aspek pemahaman siswa (nilai rata-rata 3,5 menjadi 4,3, meningkat 0,8; persentase 69% menjadi 86%, naik 17%; dari kategori baik menjadi amat baik), aspek pengurutan (nilai rata-rata 3,6 menjadi 4,3, naik 0,7; prosentase 71% menjadi 86%, naik 15%; dari kategori baik menjadi amat baik); aspek penyusunan (nilai rata-rata 3,5 menjadi 4,3, meningkat 0,8; persentase 69% menjadi 85%, naik 16%; dari kategori baik menjadi amat baik), dan aspek memperhatikan (nilai rata-rata 3,2 menjadi 4,2, meningkat 1,0; persentase 63% menjadi 84%, naik 21%; dari kategori baik menjadi amat baik).. Hasil belajar siswa dari kondisi awal ke siklus II mengalami peningkatan, yaitu dari 3 siswa (15%) yang mendapat nilai tuntas menjadi 20 siswa (100%). Terjadi peningkatan sebanyak 17 siswa (85%) dan nilai rata-rata kelas dari 58,5 menjadi 87,8, meningkat sebesar 29,3.

Kata Kunci : Keterampilan dan hasil belajar menulis paragraf, Permainan kartu

Latar Belakang Masalah

Belajar Bahasa Indonesia siswa harus menguasai empat keterampilan berbahasa, yaitu: keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) yang mempunyai peran penting adalah aspek keterampilan menulis (Zuchdi, 1997:100). Sedangkan menurut Ary (2004: 32) kegiatan berbahasa tersulit adalah menulis. Sebab, menulis ini tidak hanya melibatkan representasi grafis pembicaraan, tetapi juga pengembangan dan presentasi pemikiran secara terstruktur.
Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasaan yang harus dimiliki oleh para siswa yang sedang belajar mulai tingkat pendidikan dasar (SD) sampai perguruan tinggi (PT). Keterampilan menulis sifatnya fungsional bagi pengembangan diri untuk kehidupan masyarakat. Menurut Harris (1988) membuat kalimat termasuk ke dalam kegiatan untuk keterampilan menulis, karena itu membuat kalimat juga berarti mengungkapkan ide dan berkomunikasi dengan orang lain melalui simbol-simbol bahasa. Dalam membuat kalimat perlu memperhatikan dua hal, yaitu substansi dari hasil tulisan (ide yang diekspresikan) dan aturan struktur bahasa yang benar (grammatical form and syntactic pattern). Unsur-unsur pembentuk kalimat seperti subyek, predikat, obyek dan keterangan dengan benar dan jelas bagi pembaca, mengungkapkan gagasan utama secara jelas, membuat teks koheren, sehingga orang lain mampu mengikuti pengembangan gagasan serta memperkirakan pengetahuan yang dimiliki target pembaca.
Salah satu kompetensi dasar dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia yang diajarkan di kelas III  SD semester I adalah 4.1 Menyusun Paragraf Berdasarkan Bahan yang Tersedia dengan Memperhatikan Penggunaan Ejaan. Kompetensi dasar ini dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator di antaranya : Mengurutkan kalimat dari kartu kalimat dan menyusun paragraf berdasarkan kartu kalimat dengan ejaan yang tepat.
Ketuntasan belajar siswa dalam pembelajaran ditunjukkan dengan dikuasainya materi pembelajaran oleh siswa. Tercapainya tujuan pembelajaran tersebut dapat diukur dengan tes hasil belajar. Berdasarkan hasil tes belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia materi Membuat Teks paragraf di kelas III SDN Cemani 03 Kecamatan Grogol tempat peneliti bekerja, peneliti menemukan adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Harapannya dengan pembelajaran yang dilakukan peneliti adalah hasil belajar siswa akan lebih baik, kenyataannya masih banyak anak-anak yang belum mencapai standar Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditetapkan.
Data dokumentasi menunjukkan bahwa kemampuan siswa Menyusun Paragraf Berdasarkan Bahan yang Tersedia dengan Memperhatikan Penggunaan Ejaan sangat memprihatinkan atau masih rendah, yaitu dari 20 siswa hanya 3 siswa (15%) yang memenuhi nilai KKM (65).
Rendahnya kemampuan siswa dalam Menyusun Paragraf Berdasarkan Bahan yang Tersedia dengan Memperhatikan Penggunaan Ejaan ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: kurangnya latihan yang diberikan guru, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas kurang bervariasi dan kurang mengesankan serta kurangnya tugas yang diberikan oleh guru.
Nursidik K. (2007:98) karakteristik  usia SD senang bermain. Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan lebih-lebih untuk kelas rendah. Permainan menurut Carrier (1982:45) mempunyai nilai yang sangat tinggi bagi guru bahasa, sebab permainan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bahasa tertentu dengan situasi yang tidak terlalu formal. Sedangkan menurut Hadfield (1984:109) permainan merupakan aktivitas yang mempunyai tujuan dan elemen kesenangan. Menurut Frieda (2007:87) seorang staf pengajar psikologi UI dalam acara Forum  Nasional di Depok, pada saat melakukan permainan  terlihat gembira dan tertawa. Tertawa sebelum belajar adalah bukan sesuatu hal yang buruk. Suasana gembira justru membangkitkan semangat . Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, dalam Quantum Learning, membahasakan kegembiraan itu dengan terbangunnya emosi positif. Emosi positif akan membuat otak dapat bekerja secara optimal (Hernowo, 2007:27). Menurut Meier dalam Menjadi Guru Yang Mau dan Mampu Mengajar Secara Menyenangkan oleh Hernowo (2007: 28), pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran yang dapat membawa perubahan terhadap diri si pembelajar.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti berkeinginan melakukan PTK dengan judul “Peningkatan Keterampilan dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Menulis Paragraf Melalui  Permainan Kartu pada Siswa Kelas III SD Negeri Cemani 03 Semester I Tahun Pelajaran 2010/2011”. Peneliti ingin mencoba mengubah tradisi lama ke arah yang lebih baru, kondusif dan komunikatif.
 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian : Apakah melalui permainan kartu dapat meningkatkan keterampilan dan hasil belajar bahasa Indonesia tentang menulis paragraf pada siswa Kelas III SD Negeri Cemani 03 semester I tahun pelajaran 2010/2011?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah mendeskripsikan peningkatan keterampilan dan hasil belajar bahasa Indonesia tentang menulis paragraf melalui permainan kartu pada siswa kelas III SD Negeri Cemani 03 semester I tahun pelajaran 2010/2011.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitiaan bagi siswa, penelitian ini dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam berbahasa khususnya keterampilan menyusun paragraf. Selain itu, melalui permainan kartu siswa termotivasi dalam mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia. Menghilangkan anggapan bahwa belajar bahasa itu membosankan.
Bagi Guru, penelitian ini dapat membantu guru memperbaiki pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia, sebagai masukan untuk meningkatkan minat dan perhatian siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia dan dapat meningkatkan rasa percaya diri guru dalam proses pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas III SD.
Bagi Sekolah dan Pendidikan secara umum penelitian ini memberikan sumbangan positif tentang metode pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas III SD, menanggulangi kesulitan pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas III dan menciptakan kerjasama yang kondusif antara peneliti dengan sekolah untuk kemajuan sekolah dalam pelajaran Bahasa Indonesia.
KAJIAN TEORI
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia dirumuskan karena, diharapkan mampu menjadikan: (1) siswa dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya kesusastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri, (2) guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi bahasa siswa dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa, (3) guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan siswanya, (4) orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program kebahasaan di sekolah, (5) sekolah dapat menyusun program pendidikan kebahasaan sesuai dengan keadaan siswa dengan sumber belajar yang tersedia, dan (6) daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dengan kondisi kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional (BSNP:2006).
Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang harus diajarkan di sekolah dasar. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang dihasilkan dari alat ucap (artikulasi) yang bersifat sewenang-wenang dan konvensional (melalui kesepakatan) yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran. Selain itu, bahasa juga merupakan percakapan atau alat komunikasi dengan sesama manusia. Sedangkan bahasa Indonesia merupakan alat komunikasi yang menjadi salah satu ciri khas bangsa Indonesia dan digunakan sebagai bahasa nasional. Hal ini yang merupakan salah satu sebab mengapa bahasa Indonesia harus diajarkan pada semua jenjang pendidikan, terutama di SD karena merupakan dasar dari semua pembelajaran.
Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki peranan yang sangat penting dalam membentuk kebiasaan, sikap, serta kemampuan siswa untuk tahap perkembangan selanjutnya. Selain itu, pembelajaran harus dapat membantu siswa dalam pengembangan kemampuan berbahasa di lingkungannya, bukan hanya untuk berkomunikasi, namun juga untuk menyerap berbagai nilai serta pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui bahasa, siswa mampu mempelajari nilai-nilai moral atau agama, serta nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat, melalui bahasa, siswa juga mampu mempelajari berbagai cabang ilmu. (Septa, 2010)
Keterampilan Menulis Paragraf
Kamus Lengkap Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa kata menulis berasal dari kata tulis. Tulis adalah ada huruf (angka dan sebagainya) yang dibuat (digurat dan sebagainya) dengan pena (pensil, cat, dan sebagainya). Menulis adalah membuat huruf, angka , dan sebagainya dengan pena, pensil, cat, dan sebagainya melahirkan pikiran atau perasaan seperti mengarang, membuat surat, dan sebagainya dengan tu-lisan. Selanjutnya menulis adalah menuangkan gagasan, pendapat, perasaan, seperti mengarang, membuat surat, dan sebagainya dengan tu-lisan. Selanjutnya menulis adalah menuangkan gagasan, pendapat, perasaan, keingi-nan, dan kemauan, serta informasi ke dalam tulisan dan kemudian “mengirimkannya” kepada orang lain (Syafi’ie,1998:45).
Selain itu, menulis juga merupakan suatu aktivitas komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai medianya. Wujudnya berupa tulisan yang terdiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan semua kelengkapannya, seperti ejaan dan tanda baca. Menulis juga suatu proses penyampaian gagasan, pesan, sikap, dan pen-dapat kepada pembaca dengan simbol-simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati bersama oleh penulis dan pembaca.
Ada beberapa persyaratan yang sebaiknya dimiliki seorang siswa untuk menghasilkan tulisan yang baik. Syafi’ie (1988:45) mengemukakan bahwa syarat-syarat tersebut adalah (1) kemampuan untuk menemukan masalah yang akan ditulis, (2) ke-pekaan terhadap kondisi pembaca, (3) kemampuan menyusun rencana penulisan, (4) kemampuan menggunakan bahasa, (5) kemampuan memulai tulisan, dan (6) kemam-puan memeriksa tulisan.
Menurut Akhadiah dkk (1998:1.3) menulis adalah suatu aktivitas bahasa yang menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Tulisan itu sendiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan segala kelengkapan lambang tulisan seperti ejaan dan pung-tuasi. Sebagai salah satu bentuk komunikasi verbal (bahasa), menulis juga dapat dide-finisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Adapun tulisan merupakan sebuah sistem komunikasi antarmanusia yang menggunakan simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya. Di dalam komunikasi tertulis terdapat empat unsur yang terlibat. Keempat unsur itu adalah (1) penulis sebagai penyampai pesan, (2) pesan atu isi tulisan, (3) saluran atau medium tulisan, dan (4) pembaca sebagai penerima pesan.
Menulis pada hakikatnya adalah suatu proses berpikir yang teratur, sehingga apa yang ditulis mudah dipahami pembaca. Sebuah tulisan dikatakan baik apabila memiliki ciri-ciri, antara lain bermakna, jelas, bulat dan utuh, ekonomis, dan memenuhi kaidah gramatika.
Kemampuan menulis adalah kemampuan seseorang untuk menuangkan buah pikiran, ide, gagasan, dengan mempergunakan rangkaian bahasa tulis yang baik dan benar. Kemampuan menulis seseorang akan menjadi baik apabila dia juga memiliki: (a) kemampuan untuk menemukan masalah yang akan ditulis, (b) kepekaan terhadap kondisi pembaca, (c) kemampuan menyusun perencanaan penelitian, (d) kemampuan menggunakan bahasa indonesia, (e) kemampuan memuali menulis, dan (f) kemam-puan memeriksa karangan sendiri. Kemampuan tersebut akan berkembang apabila ditunjang dengan kegaiatan membaca dan kekayaan kosakata yang dimilikinya.
 Keterampilan berbahasa memang meliputi banyak apek namun yang menjadi dasar dalam aspek kebahasaan menulis ialah keterampilan menulis paragraf dan ini merupakan lanjutan dari ulasan sebelumnya mengenai kriteria penilaian berbicara. Dalam keterampilan menulis paragraf yang lebih ditekankan ialah pada bagaimana menungkan ide atau pikiran ke dalam sebuah tulisan atau paragraf. Hal yang sering ditemui dalam keterampilan menulis paragraf itu sendiri biasanya mengenai apa yang harus terlebih dahulu dituangkan ke dalam tulisan karena memang hal lumrah apabila mennulis selalu sulit darimana harusnya memulai. Selain itu masih terkait dengan katerampilan menulis paragraf bahwa sebuah paragraf yang baik ialah yang terstruktur artinya terdapat satu pokok pikiran yang jelas baik itu di awa paragraf (deduktif), di akhir paragraf (induktif) atau keduanya di awal dan akhir yang disebut dengan paragraf deduktif-induktif. Keterampilan menulis paragraf akan lebih berkualitas apabila memenuhi kriteria penilaian menulis paragraf.
Permainan Kartu
Bermain diartikan sebagai melakukan sesuatu (dengan alat dsb) untuk bersenang-senang (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1984:620). Menurut Citra (2004: 43), bermain itu menyenangkan karena dalam bermain  bebas mengekspresikan perasaan-perasaannya, ide-ide ataupun fantasi-fantasinya yang kadang tidak selalu selaras dengan kenyataan yang sebenarnya. Ia dapat membuat aturan-aturan sendiri, menguasai lingkungan tempat ia bermain ataupun mengorganisir orang-orang atau benda-benda yang ikut terlibat dalam permainan yang sedang dilakukannya. Dalam bermain  tidak merasa terpaksa atau ada suatu beban, juga tidak ada keharusan untuk mempedulikan hasil akhir dari bermain.
Menurut Sally (2007: 87), perkembangan seorang  sejak masa bayi, banyak keterampilan-keterampilan yang dimilikinya diperoleh melalui bermain. Misalnya  dapat menggenggam mainannya dengan baik pada awalnya adalah karena orang tua/orang dewasa lain sering memperlihatkan mainan kepadanya, menggoyangkannya di hadapan  dan  mencoba meraih dan menangkap mainan tersebut. Melalui bermain  dapat mengenal dunia sekitarnya baik orang-orang yang ada di sekitarnya maupun benda-benda yang ia temui dalam bermain.
Menurut Admin (2007: 98), permainan dapat memperluas interaksi sosial dan mengembangkan keterampilan sosial, yaitu belajar bagaimana berbagi, hidup bersama, mengambil peran, belajar hidup dalam masyarakat secara umum. Selain itu, permainan akan meningkatkan perkembangan fisik, koordinasi tubuh, dan mengembangkan serta memperhalus keterampilan motorik kasar dan halus. Permainan juga akan membantu memahami tubuhnya; fungsi dan bagaimana menggunakannnya dalam belajar, bisa mengetahui bahwa bermain itu menyegarkan, menyenangkan dan memberikan kepuasan. Permainan dapat membantu perkembangan kepribadian dan emosi karena mencoba melakukan berbagai peran, mengungkapkan perasaan, menyatakan diri dalam suasana yang tidak mengancam, juga memerhatikan peran orang lain. Melalui permainan dapat belajar mematuhi aturan sekaligus menghargai hak orang lain.
Kegiatan bermain merupakan “laboratorium bahasa”. Di dalam bermain, bercakap-cakap satu dengan yang lain, berargumentasi, menjelaskan, dan meyakinkan. Jumlah kosakata yang dikuasai dapat meningkat karena mereka dapat menemukan kata-kata baru.
Jadi seorang  yang sedang bermain berarti orang itu sedang melakukan suatu aktivitas yang menyenangkan bagi dirinya. Oleh karena bermain itu menyenangkan,  tidak keberatan untuk beberapa kali mengulangi suatu permainan sehingga tanpa disadari  sedang melatih diri untuk melakukan sesuatu yang terkandung dalam permainan yang dilakukannya berulang kali. Selain untuk kesenangan, ada manfaat-manfaat tertentu yang dapat diperoleh  melalui bermain. Permainan dapat membantu perkembangan kepribadian dan emosi karena mencoba melakukan berbagai peran, mengungkapkan perasaan, menyatakan diri dalam suasana yang tidak mengancam, juga memerhatikan peran orang lain. Melalui permainan dapat belajar mematuhi aturan sekaligus menghargai hak orang lain.
Menurut Molly, sebagaimana permainan yang lain, bermain kartu memang bisa dinikmati karena cukup menarik dan mampu membuat menjadi rileks. Tak hanya itu, permainan pun dapat bertambah pengetahuannya sambil bermain. Secara general, Molly mengatakan, permainan kartu mengajarkan  tentang: 1. Aturan, Aturan permainan kartu harus dipatuhi bersama. Bila  tidak mampu memahami dengan baik aturan permainannya, bisa-bisa ia akan tertinggal atau kalah terus-menerus. 2. Kedisiplinan, Aturan harus disertai dengan disiplin. Misalnya, kapan saat dirinya membuang dan mengambil kartu. Tanpa disertai disiplin dapat merusak jalannya permainan. 3 Sportivitas, Permainan pasti ada yang kalah dan menang. Lewat permainan,  diajarkan untuk menerima jika dirinya kalah dan bersedia untuk mengocok kartu atau bahkan dikenai sanksi lainnya seperti, dicoret dengan lipstik, bedak, atau yang lain. Sebaliknya, bila menang tidak boleh sombong. 4. Sosialisasi, Bermain kartu, hubungan pertemanan dapat terjalin lebih erat baik antara orang tua ¬, kakak-adik, ataupun dengan teman sebaya. 5. Analisis sederhana, Terpacu untuk berpikir bagaimana caranya supaya bisa menang. Dengan demikian  belajar memperkirakan, kartu yang mana yang harus dikeluarkan agar dirinya berhasil menang.

Tidak ada komentar