Home Top Ad

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PERMAINAN HURUF PADA ANAK KELOMPOK B TAMAN KANAK-KANAK

Share:
ABSTRAK

Tujuan dalam penelitian ini adalah mendiskripsikan peningkatan keterampilan membaca permulaan bagi anak kelompok B Taman Kanak-Kanak Kencanasari I Telukan setelah melalui permainan kartu huruf. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalam bermain dan belajar melalui permainan huruf. Teknik yang dipakai dokumentasi dan observasi. Rancangan penelitian adalah tindakan kelas atau (PTK) dengan tujuan untuk mengetahui (1) Kemampuan  anak dalam membaca permulaan; (2) Kemampuan membaca yang dapat ditingkatkan oleh anak Kelompok B Taman Kanak-Kanak Kencanasari I Telukan melalui permainan huruf.
Sejalan dengan penelitian tersebut maka penelitian ini menggunakan bentuk penelitian deskriptif kwalitatif. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tindakan kelas dengan teknik berdaur ulang yang terdiri dari (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan tindakan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi tindakan Teknik. Teknik Pengumpulan data adalah memalui teknik observasi dan dokumentasi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: Perkembangan penguasaan keterampilan membaca sebelum dilakukan tindakan kelas masih banyak anak Kelompok B TK Kencanasari I Telukan yang mengalami kesulitan membaca huruf, kata maupun kalimat setelah dilakukan tindakan kelas dengan menggunakan permainan bahasa melalui kartu huruf kemampuan membaca dapat ditingkatkan.
Kata Kunci: Keterampilan Membaca Permulaan. Permainan Huruf.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Keterampilan berbahasa mencakup empat segi, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, dan keterampilan menulis, keempat-empatnya merupakan catur tunggal. Dalam kurikulum Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia secara eksplisit tercantum bahwa keterampilan berbahasa, berbicara, menyimak, menulis dan membaca merupakan materi pokok. Buku-buku bacaan mengenai keterampilan berbahasa ini masih sangat langka dalam bahasa Indonesia.
Rainder dan Canad (1990) dalam Dhieni, dkk 2003:3.15), berpendapat bahwa proses membaca bukanlah kegiatan menterjemahkan kata demi kata untuk memahami arti terdapat dalam bacaan. Guru yang memahami kosep whole language akan memandang bahwa kegiatan membaca merupakan suatu proses mengkontruksi arti dimana terdapat interaksi antara tulisan yang dibaca anak dengan pengalaman yang pernah diperolehnya. Tahap pertama dalam membaca adalah dengan melihat tulisan dan memprediksi artinya. Tahap kedua adalah memastikan arti tulisan yang diprediksi sebelumnya sehingga diperoleh keputusan untuk melanjutkan bacaan berikutnya meskipun terdapat kemungkinan kesalahan dalam memprediksi. Tahap ketiga adalah mengintegrasikan dengan pengalaman sebelumnya. Dengan demikian, pemahaman tentang bacaan dapat diperoleh sangat dipengaruhi oleh kualitas prediksi, contoh: tulisan, dan pengetahuan anak.
Perkembangan membaca anak berlangsung dalam beberapa tahapan menurut (Dheni dkk, PGTK 2003:3.15) sebagai berikut: Tahap pertama Tahap Fantasi (Magical Stage). Pada tahap ini anak mulai belajar menggunakan buku, melihat dan membalik lembaran buku ataupun membawa buku kesukaannya, tahap kedua tahap pembentukan konsep diri (Self Concept Stage). Pada tahap ini anak mulai memandang dirinya sebagai “pembaca” dimana terlihat keterlibatan anak dalam kegiatan membaca, berpura-pura membaca buku, memakai gambar berdasarkan pengalaman yang diperoleh sebelumnya, dan menggunakan bahasa baku yang tidak sesuai dengan tulisan, tahap ketiga tahap membaca gambar (Bridging Reading Stage). Pada tahap ini pada diri anak mulai tumbuh kesadaran akan tulisan dalam buku dan menemukan kata yang pernah ditemui sebelumnya, dapat mengungkapkan kata-kata yang bermakna dan berhubungan dengan dirinya, sudah mengenal tulisan kata-kata puisi, lagi, dan sudah mengenal abjad, tahap keempat pengenalan bacaan (Take off Reader Stage). Pada tahap ini anak mulai menggunakan tiga sistem isyarat (graphonik, semantik, dan sintaksis). Anak mulai tertarik pada bacaan, dapat mengingat tulisan dalam konteks tertentu, berusaha mengenal tanda-tanda pada lingkungan, serta membaca berbagai tanda seperti pada papan iklan, kotak susu, pasta gigi dan lain-lainnya, dan tahap ke lima tahap membaca lancar (Independent Reader Stage). Pada tahap ini anak dapat membaca berbagai jenis buku.
Selanjutnya setiap keterampilan itu erat pula hubungannya dengan proses-proses berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya, semakin terampil seseorang berbahasa semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasi dengan jalan praktek dan banyak latihan. Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan berpikir (Tarigan, 1985:1).
Menurut konsep Piaget anak melakukan kegiatan menulis sebelum mereka membaca. Clay (dalam Nurbiana, 2005 : 15), pengembangan konsep print test (test tertulis) yang terstandarisasi yang dapat dilakukan guru terhadap anak secara individual dengan menggunakan sebuah buku kecil anak berjudul Sand (pasir) buku tersebut anak di tes pemahamannya tentang kesiapan membaca. Melalui tes tersebut pengetahuan anak tentang hal-hal berikut akan diketahui; sampul buku, perbedaan antara ilustrasi (simbul) dengan tanda (tulisan), tulisan yang menerangkan tulisan tersebut, apa yang dimaksud dengan huruf, kata, huruf pertama dalam kata, fungsi spasi, dan penggunaan tanda baca seperti koma, titik, tanda tanya dan tanda kutip.
Berkaitan dengan judul tersebut di atas, maka pada landasan teori ini hanya akan membahas teori yang relevansinya dengan pokok permasalahan yang akan dibahas, yaitu: “Peningkatan Keterampilan Membaca Permulaan Melalui Permainan Huruf Pada Anak Kelompok B Taman Kanak-Kanak Kencanasari I Telukan Tahun Pelajaran 2009/2010
Rumusan Masalah
Sesuai dengan permasalahan di atas penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimanakah peningkatan keterampilan membaca permulaan anak Kelompok B Taman Kanak-Kanak Kencanasari I Telukan  setelah melalui permainan huruf?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yaitu: mendiskripsikan peningkatan keterampilan membaca permulaan bagi anak kelompok B Taman Kanak-Kanak Kencanasari I Telukan setelah melalui permainan kartu huruf.

Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis yaitu memberikan masukan kepada semua pihak yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, bahwa selalu ada problem-problem substansial dan perlu solusi yang tepat demi terciptanya hasil pendidikan yang diharapkan. Manfaat Praktis yaitu hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai sumbangan ilmu pengetahuan khususnya bagi penulis sendiri maupun pembaca pada umumnya.
KAJIAN TEORI
Pengertian Bahasa
Fungsi bahasa yang ensensial dan umum dan fungsi ini bersifal sosial. Dikatakan bersifat sosial karena dalam komunikasi selalu ada dua pihak yang terlibat, yaitu pemberi dan menerima informasi, dan informasi yang dimaksud pada dasarnya dapat dibagi atas dua jenis, yaitu informasi kognitif ialah informasi yang berkaitan dengan penalaran seperti pengertian-pengertian, asumsi-asumsi, dan pikiran-pikiran tentang sesuatu. Informasi efektif ialah informasi yang berkaitan dengan perasaan atau emosi, seperti perasaan sedih, rasa sakit, solidaritas, kegembiraan, dan penghargaan. Berdasarkan kedua jenis informasi itu, fungsi umum bahasa dapat dibagi atas dua bagian (Tampublon, 1990:2), yaitu fungsi kognitif dan fungsi efektif. Pada umumnya yang paling dominan ialah fungsi kognitif. Inilah perbedaan yang mendasar antara manusia dan binatang (Tobubolon, 1990:3) bahasa manusia mempunyai fungsi kognitif dan afektif tetapi fungsi kognitif yang dominan, bahasa binatang pada dasarnya hanya mempunyai fungsi afektif yang primitif (misalnya, menyatakan rasa lapar, sakit, dan lain-lain).
Sistem komunikasi dalam pendidikan bahasa Indonesia ada empat kemampuan bahasa pokok yang harus dibina dan dikembangkan, yaitu menyimak (mendengarkan), berbicara, membaca dan menulis dua kemampuan pertama terdapat pada komunikasi lisan, membaca dan menulis terdapat pada komunikasi tulisan. Urutan demikian didasarkan pada pemerolehan dan perkembangan bahasa. Anak-anak secara alamiah mula-mula menyimak bahasa di sekitarnya, dan dengan potensi kebahasaan yang ada padanya anak memperoleh dan mengembangkan kemampuan berbicara setelah memiliki kedua kemampuan itu, anak dapat pula belajar membaca (secara formal di rumah atau disekolah), dan kemudian belajar menulis. Tetapi pada tingkat lanjutan, urutan tersbut tidaklah demikian lagi. Keempat kemampuan itu pada umumnya sudah berfungsi secara integral, dalam arti saling mendukung. Dalam pendidikan bahasa, terutama dalam pendidikan formal, tekanan atau pengutamaan dapat diberikan pada kemampuan tertentu, misalnya pada membaca atau berbicara.
Pengertian Membaca
Menurut Fuady (1985:5) membaca adalah suatu kegiatan menangkap pola-pola bahasa dari representasi tertulis. Sedangkan menurut Tarigan (1985:7) “membaca adalah suatu kegiatan atau proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata”.
Berdasarkan uraian membaca di atas, Aderson (dalam Tarigan, 1985:7) juga berpendapat:
“Dari segi linguistik membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding process), berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (writen word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan atau catatan menjadi bunyi yang bermana” (Tarigan, 1985:7).
Berdasarkan makna di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa membaca adalah suatu kegiatan untuk memahami sebuah wacana untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui media kata-kata.
Membaca Pemahaman
Sebelum kita membahas pengertian membaca pemahaman, sebaiknya kita perlu tahun terlebih dahulu apa artinya pemahaman. Secara umum, arti pemahaman sebagai istilah adalah pengertian yang menggambarkan pengambilan suatu kesimpulan, yaitu yang biasa disebut insight. Misalnya seseorang yang disebut paham akan permainan bola adalah orang yang dapat bermain (berbuat), dalam hal itu sukar diverbalkan. Nama lain untuk pemahaman adalah generalisasi teori, pemahaman ide umum, konsep, prinsip, aturan atau hukum. Dalam kamus definisi pemahaman adalah: (1) menerima arti, Menyerap ide memahami; (2) mengetahui secara betul, memahami karakter atau sifat dasar, mengetahui arti kata-kata seperti dalam bahasa; (3) menyerap dengan jelas fakta atau menyadari (Tarigan, 1985).
Ada dua jenis pemahaman yang terbentuk pada siswa sebagai hasil belajar yaitu explanotary understanding dan exploratory understanding. Pemahaman yang disebut explanotary understanding terjadi jika guru menjelaskan kepada siswa suatu hukum, suatu relasi, atau generalisasi. Jika pengajaran ini berhasil, maka siswa akan mendapat pengetahuan tentang sejumlah fakta beserta prinsip-prinsip yang berhubungan dengan fakta itu.
Kalau kita bandingkan dengan hasil belajar bentuk ingatan dengan exploratory understanding ini, maka pada pembentukan memori, guru hanya terbatas pada pemberian fakta dan jawaban singkat dari materi yang diajarkan. Guru tidak mengindahkan prinsip ataupun menyebutkan sambil lalu hingga tidak menimbulkan arti pada siswa. Kedua cara pembentukan hasil belajar ini sama-sama merupakan pengajaran yang terpusat pada guru.
Exploratory understanding dalam belajar mengajar menjelaskan terbentuknya pemahaman pada siswa. Mereka dapat memecahkan persoalan yang diberikan oleh guru setelah guru memberikan sekumpulan  data dan menggeneralisasikan. Jadi, dalam proses memperoleh pemahaman sendiri, siswa meneliti fakta yang ada dan prinsip yangt diketahuinya untuk mencari sesuatu yang baru. Siswa dituntut aktif dan berpartisipasi lebih kritis, imajinatif, dan kreatif. Suasana kelas dikembangkan sehingga lebih hidup dan merangsang, lebih terbuka untuk munculnya pikiran yang orisinil.
Tujuan Membaca
Tujuan membaca memang sangat beragam, bergantung pada situasi dan berbagai kondisi pembaca. Secara umum tujuan ini dapat dibedakan sebagai berikut: 1)    Salah satu tujuan membaca ialah untuk mendapatkan informasi. Informasi yang dimaksud di ini mencakup informasi tentang fakta dan kejadian sehari-hari sampai informasi tingkat tinggi tentang teori-teori serta penemuan dan temuan ilmiah canggih. 2)    Ada orang-orang tertentu yang membaca dengan tujuan agar cara dirinya meningkat. Mereka ini mungkin membaca karya para penulis kenamaan, bukan karena berminat terhadap karya tersebut melainkan agar orang memberikan nilai positif terhadap diri mereka. 3)    Ada kalanya orang membaca untuk melepaskan diri dari kenyataan misalnya pada saat ia merasa jenuh. Sedih, bahkan putus ada. Dalam hal ini membaca dapat merupakan submilasi atau penyaluran yang positif, 4)    Mungkin juga orang membaca untuk tujuan rekreatif, untuk mendapatkan kesenangan atau hiburan, seperti halnya menonton film atau bertamasya. 5)    Kemungkinan lain, orang membaca tanpa tujuan apa-apa, hanya karena iseng, tidak tahu apa yang akan dilakukan; 6)Tujuan membaca yang tinggi ialah mencari nilai-nilai keindahan atau pengalaman estetis dan nilai-nilai kehidupan lainnya. Dalam hal ini bacaan yang dipilih iaah karya yang bernilai sastra.
Faktor Penghambat dan Penunjang dalam Meningkatkan Kegiatan Membaca
Dalam meningkatkan minat baca anak, ada faktor penunjang dan faktor penghambat. Adapun faktor-faktor penunjang dalam kegiatan membaca adalah: 1)Tingginya minat baca seseorang. 2) Minat baca tinggi ini terjadi karena orang menyadari pentingnya membaca, ia sadar bahwa buku-buku tertentu menyuting mutiara-mutiara hidup yang sangat berharga bagi mereka yang berusaha memperoleh kecintaan membaca, hendaknya diwujudkan dengan membaca buku secara intensif, kritis, kosentrasi, serta ekspresititatif, 3) Tingginya konsentrasi terhadap bacaan ketika ia membaca tidak melamun atau mengerjakan hal-hal lain yang tidak bermanfaat. Kegiatan menulis yang justru menunjang pemahaman. Misalnya: membuat catatan-catatan kecil dan menggarisbawahi kalimat-kalimat yang penting, boleh dilakukan. 4)Bagusnya kondisi jasmaniah rokhaniah pembaca, kondisi fisik prima, penglihatan baik, jiwa bahagia, tidak dirong-rong penyakit dan problema ekonomi. 5) Pembaca menguasai perbendaharaan bahasa sinonim, antonim, tiap kata dan ungkapan, penggunaannya dalam kalimat serta menguasai grammar. 6) Buku-buku dan bacaan yang dibutuhkan serba ada mudah didapatkan, buku perpustakaan lengkap, prosedur peminjaman mudah dan lancar. 7) Murahnya harga buku, tingginya tingkat ekonomi pembaca adanya kegemaran masyarakat untuk membaca serta mau membeli buku. 8) Adanya suasana yang serba menyenangkan. 9) Keterlatihan dan keterampilan membaca, acap diselenggarakan lomba mengarang, baik penulisan karya ilmiah maupun karya sastra. 10) Adanya simpati dan penghargaan masyarakat terhadap mereka yang tekun membaca, serta pemberian piagam dan hadiah buku dari pihak perpustakaan terhadap pemegang rekor dalam soal kontinuitas, peminjam, pembaca buku, dan mengunjungi perpustakaan” (Suyatmi, Mujiono, 1986: 5455).
Ciri-ciri membaca yang baik, 1) Jarak antara bacaan dengan mata 25 sampai dengan 30 cm. 2) Membaca dengan tidak bersuara. 3) Membaca dengan tidak menggerakkan kepala mengkuti baris bacaan. 4) Membaca dengan tidak menunjuk bacaan (kata demi kata) dengan jari, pensil, atau alat-alat lainnya. 5) Mudah berkonsentrasi waktu membaca. 6) Waktu mengingat isi bacaan yang telah dibaca. 7) Waktu untuk membaca cukup.
Kemampuan-kemampuan Kesiapan Membaca
Sebelum mengajarkan membaca pada anak, dasar-dasar kemampuan membaca atau kemampuan kesiapan membaca perlu dikuasai oleh anak terlebih dahulu. Dasar-dasar kemampuan membaca ini diperlukan agar anak berhasil dalam membaca maupun menulis seperti dikemukakan oleh Miller bahwa sebelum anak diajarkan membaca perlu diketahui terlebih dahulu kesiapan membaca anak. Hal ini bertujuan agar kita dapat mengetahui apakah anak sudah siap diajarkan membaca khusus apa yang sebaiknya diajarkan atau dikuatkan pada anak (1966: 23).
Anak Mengenali Kata dan Huruf
Anggani Sudono (1995:26), bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan anak dengan atau tanpa alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberikan kesenangan, maupun mengembangkan imajinasi.
Huizinga (1990:102) mengemukakan bahwa bermain merupakan tindakan atau kesibukan sukarela yang dilakukan dalam batas-batas tempat dan waktu, berdasarkan aturan-aturan yang mengikat tetapi diakui secara sukarela dengan tujuan yag ada dalam dirinya sendiri, disertai dengan perasaan senang dan dengan pengertian bahwa bermain merupakan sesuatu “yang lain dari pada kehidupan biasa”. Gross, Spencer, dan Schaller mengemukakan bahwa bermain dipandang sebagai latihan fungsi-fungsi yang sangat penting dalam kehidupan dewasa nanti. Bermain memberikan kelonggaran sesudah orang melakukan tugasnya sekaligus mempunyai sifat membersihkan. Bermain merupakan kemungkinan penyaluran bagi manusia untuk melepaskan sisa energinya.
Pengertian Bermain
Belajar dan Bermain
Setelah anak-anak terbiasa melihat-lihat, melihat hal-hal yang ditulis dan memperhatikan kata-kata dalam lingkungan lambat laun mereka akan mampu mengenali kata-kata dan huruf-huruf satu demi satu. Pada tahap ini mungkin guru akan menghadapi pertanyaan : Haruskan memusatkan perhatian pada kata atau huruf? Bagaimana menyebut huruf-huruf itu? Bagaimana seharusnya menuliskannya?
Berbagai Bentuk Bermain
Berbagai bentuk bermain dengan benda antara lain: bermain praktis, bermain simbolik, dan permainan dengan peraturan-peraturan. Bentuk-bentuk sosio-dramatis antara lain: bermain melakukan imitasi, bermain pura-pura seperti objek, bermain peran dengan menirukan gerakan, bermain komunikasi. Dari berbagai bentuk bermain di atas dapat memilih salah satu bentuk bermain sesuai dengan keinginan anak sehingga kreatifitas, intelektual dan keterampilan sosial bisa tumbuh dan berkembang secara optimal.
Tipe-Tipe Bermain
Salah satu cara guru untuk mengerti bermain adalah dengan menggolongkan bermain berdasarkan apa yang dilakukan anak dan dengan kepentingan itu apakah anak mungkin belajar. Hal ini akan membantu guru mengerti apakah anak memperoleh kemampuan, keterampilan dan pengetahuan melalui bermain. Adapun sebagai contoh penggolongan tipe-tipe bermain misalnya: bermain eksplorasi, bermain kemampuan keterampilan, bermain kontruksi, bermain imitasi, simbolis dan peran.
Peran Guru dalam Bermain
Peran guru dalam kegiatan bermain dalam tatanan sekolah atau kelas adalah sangat penting yakni : guru harus berperan sebagai pengamat/ obsever, sebagai perencana, sebagai organisastor, supervisor, evaluator, di samping itu, guru harus melakukan elaborasi.
Guru sebagai observer/pengamat yakni guru harus melakukan observasi bagaimana interaksi antar anak, maupun interaksi anak dengan benda-benda. Guru harus mengamati anak melakukan kegiatan, mengamati anak yang mengalami kesulitan dalam bermain dan bergaul dengan teman sebayanya.
Peran guru sebagai perencana kegiatan bermain, yakni guru harus merencanakan suatu pengalaman yang baru agar anak-anak terdorong untuk mengembangkan minat mereka.
Guru sebagai organisastor, yakni keadaan kelas membutuhkan pengorganisasian sehingga permainan dapat berjalan lancar. Untuk itu guru harus mengatur segala sesuatu yang dibutuhkan dalam permainan, baik tempat, waktu dan peralatan. Guru sebagai supervisor, yakni bila guru mengobservasi anak bermain, sekaligus guru juga bertindaka sebagai supervisor, yakni guru menghargai anak, memberi umpan balik, memberi dorongan, misal dengan anggukan dan tersenyum.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang telah dikemukakan pada bab satu dan mengacu pada landasan teori di atas, maka hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah kemampuan keterampilan membaca permulaan pada anak kelompok B Taman Kanak-Kanak Kencanasari I Telukan tahun pelajkaran 2009/2010.

Tidak ada komentar