Home Top Ad

PTK SD: PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MEMBANDINGKAN BILANGAN 1 SAMPAI 500 MELALUI METODE PROBLEM SOLVING PADA SISWA KELAS II SD

Share:
ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan aktivitas dan hasil belajar membandingkan bilangan 1 sampai 500 melalui metode problem solving pada siswa kelas II SD Negeri Karangmojo 03 semester I tahun pelajaran 2012/2013.
Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yaitu bulan Juli 2012 sampai dengan bulan September 2012. Subjek dalam penelitian adalah aktivitas dan hasil belajar membandingkan bilangan 1 sampai 500 pada siswa kelas II SD Negeri Karangmojo 03 Semester I tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari 10 siswa yaitu 3 laki-laki dan 7 perempuan.
Prosedur penelitian yang digunakan yaitu prosedur jenis penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Analisis data kualitatif hasil pengamatan aktivitas membaca dianalisis menggunakan analisis diskriptif kualitatif dengan membandingkan siklus I dengan siklus II, sedangkan data yang berupa angka (data kuantitatif) dari hasil belajar siswa dianalisis menggunakan deskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes siklus I dan nilai tes siklus II, kemudian direfleksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui metode problem solving dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar membandingkan bilangan 1 sampai 500 pada siswa Kelas II SD Negeri Karangmojo 03 semester I tahun pelajaran 2012/2013. Aktivitas belajar siswa dari siklus I ke siklus II terdapat peningkatan: aktivitas membilang (nilai rata-rata meningkat 0,8; persentase naik 16%; dari kategori baik menjadi amat baik), aktivitas menulis bilangan (nilai rata-rata naik 1,1; prosentase naik 22%; dari kategori baik menjadi amat baik); aktivitas menuliskan lambang (nilai rata-rata naik 1,2; prosentase naik 24%; dari kategori baik menjadi amat baik); aktivitas menulis nama bilangan (nilai rata-rata naik 0,8; prosentase naik 16%; dari kategori baik menjadi amat baik), dan aktivitas membandingkan bilangan (nilai rata-rata  meningkat 0,7; persentase naik 14%; dari kategori baik menjadi amat baik). Hasil belajar siswa dari kondisi awal ke siklus II mengalami peningkatan, yaitu dari 1 siswa (10%) yang mendapat nilai tuntas menjadi 10 siswa (100%). Terjadi peningkatan sebanyak 9 siswa (90%) dan nilai rata-rata kelas dari 72,5 menjadi 95,5, meningkat sebesar 23.

Kata Kunci : Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika, Metode Problem solving
Latar Belakang Masalah
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat dan mudah dari berbagai sumber dan tempat di dunia. Dengan demikian siswa perlu memiliki kemampuan memperoleh, memilih dan mengelola informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah dan tidak pasti. Kemampuan ini membutuhkan pemikiran kritis, sistematis, logis, kreatif dan kemauan bekerjasama yang efektif. Cara berfikir seperti ini dapat dikembangkan melalui belajar Matematika karena Matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya sehingga memungkinkan kita terampil berpikir rasional (Depdiknas, 2004:29).
Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah Menurut Pendapat Mulyono Abdurrahman (2003: 252), “Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar dan lebih-lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar ”.
Siswa kelas II di SD N Karangmojo 03  menganggap pelajaran matematika khususnya membandingkan bilangan 1 sampai 500  itu menakutkan, menjemukan, dan sangat tidak menyenangkan, sehingga prestasi matematika kurang dari yang diharapkan. Oleh karena itu kewajiban para gurulah untuk menanamkan rasa senang terhadap materi pelajaran matematika dengan memberi rangsangan atau dorongan agar siswa menyenangi pelajaran tersebut. Alternatif yang digunakan adalah melalui metode problem solving.
Metode problem solving adalah metode yang dilakukan dengan cara langsung menghadapi masalah, mengetahui dengan sejelas-jelasnya dan menemui kesukaran-kesukaran sehingga dapat dipecahkan. Metode problem solving berasal dari John Dewey, maksud utama metode ini adalah memberikan latihan kepada siswa dalam berfikir. Metode ini dapat menghindarkan untuk membuat kesimpulan secara tergesa-gesa, menimbang-nimbang berbagai kemungkinan pemecahan, dan menangguhkan pengambilan keputusan sampai terdapat bukti-bukti yang cukup. Dengan demikian siswa mampu membandingkan bilangan 1 sampai 500.

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian:Apakah melalui metode problem solving dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar membandingkan bilangan 1 sampai 500 pada siswa Kelas II SD Negeri Karangmojo 03 Semester I tahun pelajaran 2012/2013?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mendeskripsikan aktivitas dan hasil belajar membandingkan bilangan 1 sampai 500 melalui metode problem solving pada siswa kelas II SD Negeri Karangmojo 03 semester I tahun pelajaran 2012/2013.
Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini banyak manfaat yang diperoleh, diantaranya:
Bagi siswa dapat memberikan konsep yang benar pada materi berhitung, khususnya pada standar kompetensi membandingkan bilangan 1 sampai 500. Bagi Guru dapat memberikan informasi tentang penggunaan metode  yang menyenangkan bagi siswa. Bagi Sekolah dapat memberikan alternatif pilihan pada metode yang digunakan guru dalam pembelajaran di sekolah
KAJIAN TEORI
Aktivitas Belajar
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) pengertian aktivitas adalah keaktifan, kegiatan, kerja atau salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan di tiap bagian di dalam perusahaan (Depdiknas,2004: 35). Keaktifan siswa dalam
menjalani proses belajar mengajar merupakan salah satu kunci keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan.
Aktivitas merupakan azas yang terpenting dari azas-azas didaktik karena belajar sendiri merupakan suatu kegiatan dan tanpa adanya kegiatan tidak mungkin seseorang belajar. Aktivitas sendiri tidak hanya aktifitas fisik saja, tetapi juga aktivitas psikis. Aktivitas fisik adalah siswa giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat hanya pasif. Sedangkan aktivitas psikis adalah siswa yang daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran (Rohani, 1997:44).
Dalam konsep belajar aktif pengetahuan merupakan pengalaman pribadi yang diorganisasikan dan dibangun melalui proses belajar bukan merupakan pemindahan pengetahuan yang dimiliki guru kepada anak didiknya. Sedangkan mengajar merupakan upaya menciptakan lingkungan agar siswa dapat memperoleh pengetahuan melalui keterlibatan secara aktif dalam kegiatan belajar. Empat prinsip belajar aktif, yaitu : (1) siswa harus membangun pengetahuannya sendiri, sehingga bermakna, (2) cara belajar yang paling baik adalah jika mereka aktif dan berinteraksi dengan objek yang konkrit, (3) belajar harus berpusat pada siswa dan bersifat pribadi, (4) interaksi sosial dari kerjasama diberi peranan penting dalam kelas.
Jadi dalam proses belajar mengajar, siswalah yang harus membangun pengetahuannya sendiri. Sedangkan guru berperan untuk menciptakan kondisi yang kondusif dan mendukung bagi terciptanya pembelajaran yang bermakna. Siswa harus mengalami dan berinteraksi langsung dengan objek yang nyata. Jadi belajar harus dialihkan yang semula berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Karena sekolah merupakan miniatur dari masyarakat maka dalam proses pembelajaran harus terjadi saling kerja sama dan interaksi antar berbagai komponen yang terbaik. Pendidikan modern menitik beratkan pada aktivitas sejati, dimana siswa belajar dengan mengalaminya sendiri pengetahuan yang ia pelajari. Dengan mengalaminya sendiri, siswa memperoleh pengetahuan pemahaman dan ketrampilan serta prilaku lainnya, termasuk sikap dan nilai.
Pembelajaran Matematika di SD
Tujuan pembelajaran matematika di SD dapat dilihat di dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan 2006 SD. Mata pelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut, (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algortima, secara luwes, akurat, efesien, dan tepat dalam pemecahan masalah, (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirikan solusi yang diperoleh, (4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika sifat-sifat ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Selain tujuan umum yang menekankan pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta memberikan tekanan pada ketrampilan dalam penerapan matematika juga memuat tujuan khusus matematika SD yaitu: (1) menumbuhkan dan mengembangkan ketrampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan sehari-hari, (2) menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika, (3) mengembangkan kemampuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut, (4) membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin.
Mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan sekolah dasar meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (1) bilangan, (2) geomteri, (3) pengolahan data Depdiknas, 2006. Cakupan bilangan antara lain bilangan dan angka, perhitungan dan perkiraan. Cakupan geometri antara lain bangun dua dimensi, tiga dimensi, tranformasi dan simetri, lokasi dan susunan berkaitan dengan koordinat. Cakupan pengukuran berkaitan dengan petbandingan kuantitas suaru obyek, penggunaan satuan ukuran dan pengukuran.
Materi Bilangan
Bilangan adalah satuan dalam sistem matematik yang dapat dioperasikan secara matematik. bilangan adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjukkan kuantitas (banyak, sedikit) dan ukuran (berat, ringan, panjang, pendek, luas) suatu objek. Bilangan ditunjukkan dengan suatu tanda atau lambang yang disebut angka. Bilangan (Number)” : Bilangan adalah suatu “sifat abstrak” (abstrackt property) dari suatu himpungan yang menunjukkan suatu “kuantitatif atau posisi”.
    Dari pendapat diatas terlihat bahwa bilangan adalah suatu pemikiran yang abstrak yang hanya ada dialam pemikiran (angan-angan), karena bilangan tidak dapat dilihat secara fisik. Dari segi kegunaannya, bilangan adalah suatu ide yang digunakan untuk menggambarkan atau mengabstraksi banyaknya anggota suatu himpunan. Bilangan adalah suatu ukuran dari besaran dan dapat digolongkan menjadi beberapa macam.
Macam-Macam Bilangan
1)    Bilangan Asli. Bilangan yang pertama kali dikenal orang adalah bilangan asli. Bilangan asli adalah bilangan yang anggotanya dimulai dari 1,2,3, … dst, dilambangkan dengan huruf “A” dan ditulis A=  dst. Bilangan asli menurut konsep terdiri atas :
a)    Bilangan genap    : 2,4,6, …
b)    Bilangan ganjil     : 1,3,5, …
c)    Bilangan prima     : 2,3,5, …
d)    Bilangan komposit     : 4,6,8,10, …
2)    Bilangan Cacah. Bilangan cacah adalah suatu bilangan yang anggotanya terdiri dari semua bilangan asli dan bilangan nol, dilambangkan dengan huruf “C” dan ditulis    C=
3)    Bilangan Bulat. Bilangan bulat anggotanya merupakan gabungan dari bilangan cacah dan bilangan asli negatif, dilambangkan dengan “B” dan ditulis   B=
Metode Problem Solving
Secara umum orang memahami masalah (problem) sebagai kesenjangan antara kenyataan dan harapan. Namun dalam matematika, istilah “problem” memiliki  makna yang lebih khusus. Kata “Problem” terkait erat dengan suatu pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan problem solving.
Metode Problem Solving adalah suatu cara mengajar dengan menghadapkan siswa kepada suatu masalah agar dipecahkan atau diselesaikan. Metode ini menuntut kemampuan untuk melihat sebab akibat, mengobservasi problem, mencari hubungan antara berbagai data yang terkumpul kemudian menarik kesimpulan yang merupakan hasil pemecahan masalah. Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran problem solving adalah suatu metode atau cara penyajian pelajaran dengan cara siswa dihadapkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan atau diselesaikan, baik secara individual atau secara kelompok untuk menemukan jawaban berdasarkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya dengan menggunakan langkah – langkah sampai pada suatu jawab.
Karakteristik khusus pendekatan pemecahan masalah menurut Taplin adalah: 1) Adanya interaksi antar siswa dan interaksi antara guru dan siswa; 2) Adanya dialog matematis dan konsensus antar siswa; 3) Guru menyediakan informasi yang cukup mengenai masalah, dan siswa mengklarifikasi, menginterpretasi, dan mencoba mengkonstruksi penyelesaiannya.; 4) Guru menerima jawaban “ya” atau “tidak” dan bukan untuk mengevaluasi; 5) Guru membimbing, melatih dan menanyakan dengan pertanyaan-pertanyaan berwawasan dan berbagi dalam proses pemecahan masalah; 6) Sebaiknya guru mengetahui kapan campur tangan dan kapan mundur membiarkan siswa menggunakan caranya sendiri; 7) Karakteristik lanjutan adalah bahwa pendekatan problem solving dapat menggiatkan siswa untuk melakukan generalisasi aturan dan konsep, sebuah proses sentral dalam matematika.
Alasan Penggunaan Problem Solving, yaitu: 1) Metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja; 2) Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, hal ini merupakan kemampuan yang sangat bermakna bagi kehidupan manusia; 3) Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif danmenyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan proses runtut dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencapai pemecahannya.
Secara umum tujuan penggunaan metode problem solving (pemecahan masalah) adalah: 1) Mencari jalan keluar dalam menghadapi masalahmasalah secara rasional; 2) Memecahkan masalah secara individual maupun secara bersama-sama; 3) Mencari cara pemecahan masalah untuk meningkatkan kepercayaan pada diri sendiri; 4) Untuk pembenaran pengajaran matematika.; 5) Untuk menarik minat siswa akan nilai matematika, dengan isi yang berkaitan dengan masalah kehidupan nyata; 6) Untuk memotivasi siswa, membangkitkan perhatian siswa pada topik atau prosedur khusus dalam matematika dengan menyediakan kegunaan kontekstualnya (dalam kehidupan nyata); 7) Untuk rekreasi, sebagai sebuah aktivitas menyenangkan yang memecah suasana belajar rutin; 8) Sebagai latihan, penguatan keterampilan dan konsep yang telah diajarkan secara langsung (mungkin ini peran yang paling banyak dilakukan oleh kita selama ini); 9) Memberi kemampuan dan kecakapan praktis kepada siswa sehingga tak takut menghadapi hidup yang penuh problem serta mempunyai rasa optimisme yang tinggi.
Manfaat yang diperoleh dari penggunaan metode problem solving (pemecahan masalah) antara lain: 1) Mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah-masalah serta mengambil keputusan secara obyektif dan rasional; 2) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, logis dan analitis; 3) Mengembangkan sikap toleransi terhadap orang lain serta sikap hati-hati dalam mengemukakan pendapat; 4) Memberikan pengalaman proses dalam menarik kesimpulan bagi siswa.
Kelebihan dari penggunaan problem solving ini antara lain: melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan, berpikir dan bertindak kreatif, memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis, mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan, menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan, merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat, dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja, mendidik siswa untuk berpikir secara sistematis, mampu mencari berbagai jalan keluar dari suatu kesulitan yang dihadapi, belajar menganalisis suatu masalah dari berbagai aspek, mendidik siswa percaya diri sendiri.
Kekurangan dari penggunaan problem solving ini adalah memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain. Kalau di dalam kelompok itu kemampuan anggotanya heterogen, maka siswa yang pandai akan mendominasi dalam diskusi sedang siswa yang kurang pandai menjadi pasif sebagai pendengar saja.
Penerapan Metode Problem Solving pada Materi Membandingkan Bilangan 1 Sampai Dengan 500
Lima langkah dasar untuk problem solving (pemecahan masalah)  dalam buku How We Think karangan JOHN DEWEY, diperjelas sebagai berikut : 1) Menyadari bahwa masalah itu ada; 2) Identifikasi masalah; 3) Penggunaan pengalaman sebelumnya atau informasi yang relevan untuk penyusunan hipotesis; 4) Pengujian hipotesis untuk beberapa solusi yang mungkin; 5) Evaluasi terhadap solusi dan penyusun kesimpulan berdasarkan bukti yang ada.
Sementara itu terkait dengan pembelajaran matematika, langkah-langkah dan peran guru pada model pembelajaran berdasarkan masalah adalah sebagai berikut :
Tabel 1
Langkah-langkah dan Peran Guru pada Model Pembelajaran
Berdasarkan Masalah

Fase ke -    Indikator    Peran Guru
1    Orientasi siswa pada masalah    Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan peralatan yang dibutuhkan,memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
2    Mengorganisasikan siswa untuk belajar    Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
3    Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok    Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
4    Mengembangkan dan menyajikan hasil karya    Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai  seperti laporan, video, dan model yang membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
5    Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah    Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.

Hasil Belajar
Nana Sudjana (1995:22) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah aktivitas-aktivitas yang dimiliki siswa setelah memperoleh pengalaman belajarnya. Dalam belajar terjadi proses berpikir dan terjadi kegiatan mental dan dalam kegiatan dalam menyusun hubungan-hubungan antara bagian-bagian informasi yang diperoleh sebagai pengertian. Karena itu orang menjadi memahami dan menguasai hubungan-hubungan tersebut. Dengan demikian siswa dapat menampilkan pemahaman dan penguasaan bahan yang dipelajari tersebut, inilah yang disebut hasil belajar.
Gagne (1977: 47-48) mengelompokkan hasil belajar menjadi lima bagian dalam bentuk kapabilitas, yakni ketrampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, ketrampilan motorik dan sikap. Gagne dan Briggs (1978: 49-55) menerangkan bahwa hasil belajar yang berkaitan dengan lima kategori tersebut adalah 1) ketrampilan intelektual adalah kecakapan yang berkenaan dengan pengetahuan prosedural yang terdiri atas deskriminasi jamak, konsep konkrit dan terdefinisi, kaidah serta prinsip, 2) strategi kognitif adalah aktivitas untuk memecahkan masalah-masalah baru dengan jalan mengatur proses internal masing-masing individu dalam memperhatikan, menginggat, dan berpikir. 3) informasi verbal adalah aktivitas untuk mendeskripsikan sesuatu dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasi-informasi yang relevan, 4) ketrampilan motorik adalah aktivitas untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot, 5) sikap merupakan aktivitas internal yang berperan dalam mengambil tindakan untuk menerima atau menolak bedasarkan penilaian terhadap objek tersebut.
Bloom (1976: 201-207) membagi hasil belajar menjadi tiga kawasan yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Kawasan kognitif berkanaan dengan ingatan atau pengetahuan dan aktivitas intelektual serta ketrampilan-ketrampilan. Kawasan afektif menggamberkan sikap, minat dan nilai serta pengembangan pengertian atau pengetahuan dan penyesuaian diri yang memadai. Kawasan prsikomotor adalah aktivitas-aktivitas menggiatkan dan mengkoordinasikan gerak.
Berdasarkan pandangan-pandangan dari para ahli tersebut di atas maka yagn dimaksud dengan hasil belajar membandingkan bilangan 1 sampai 500 dalam penelitian ini adalah hasil dari seorang siswa dalam mengikuti proses pengajaran membandingkan bilangan 1 sampai 500 pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar yang diukur dari aktivitas siswa tersebut dalam menyelesaikan suatu permasalahan tentang membandingkan bilangan 1 sampai 500.
Kerangka Berpikir
Kondisi awal guru belum menggunakan metode problem solving dalam pembelajaran membandingkan bilangan 1 sampai 500, maka aktivitas dan  hasil belajar membandingkan bilangan 1 sampai 500 masih rendah.
Untuk memperbaiki dan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar membandingkan bilangan 1 sampai 500 perlu adanya tindakan yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan menggunakan metode problem solving. Siklus I menggunakan metode problem solving tanpa bimbingan guru dan siklus II menggunakan metode problem soving dengan bimbingan guru. Dengan tindakan yang berbeda dari siklus I ke siklus II diharap aktivitas dan hasil belajar membandingkan bilangan 1 sampai 500 meningkat.
Kondisi akhir diduga menggunakan metode problem solving dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar membandingkan bilangan 1 sampai 500 pada siswa Kelas II SD Negeri Karangmojo 03 semester I tahun pelajaran 2012/2013.

Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Melalui metode problem solving dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar membandingkan bilangan 1 sampai 500 pada siswa Kelas II SD Negeri Karangmojo 03 semester I tahun pelajaran 2012/2013.

METODE  PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yaitu bulan Juli 2012 sampai dengan bulan September 2012. Penelitian dilaksanakan di kelas II SD Negeri Karangmojo 03, Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo, Propinsi Jawa Tengah.
Subjek  Penelitian
Subjek penelitian adalah aktivitas dan hasil belajar membandingkan bilangan 1 sampai 500iswa kelas II SD Negeri Karangmojo 03, dengan jumlah siswa 10 orang yang terdiri dari 3 laki-laki dan 7 perempuan.
Sumber Data
    Sumber data pada penelitian tindakan kelas ini ada dua yaitu data yang berasal dari subyek penelitian (primer) dan dari bukan subyek (skunder).
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini berupa teknik tes, dan teknik non tes. Sedangkan alat Pengumpulan data meliputi dokumen, tes dan pengamatan. Dokumen digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar kondisi awal siswa yaitu berupa daftar nilai/laporan penilaian, pengolahan dan analisis hasil belajar siswa. Tes digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa yang berupa butir soal. Pengamatan menggunakan lembar penilaian yaitu untuk mengetahui aktivitas siswa dalam 1) Membilang secara urut bilangan 100 – 105; 2) Menulis bilangan 100- 105; 3) Menuliskan lambang bilangan berdasarkan banyak benda; 4) Menulis nama bilangan; dan 5) Membandingkan bilangan.
Validitas dan Analisis Data
Untuk memperoleh data yang valid mengenai aktivitas dan hasil belajar membandingkan bilangan 1 sampai 500 pada siswa kelas II SD Negeri Karangmojo 03 Semester I tahun pelajaran 2012/2013 yaitu: 1) aktivitas (observasi) divalidasi melalui trianggulasi sumber, yaitu data yang berasal dari siswa, guru dan rekan kolaborator yang merupakan data kualitatif dianalisis menggunakan analisis diskriptif kualitatif berdasarkan pengamatan dan refleksi dengan membandingkan proses kondisi awal, siklus I dan siklus II. 2) hasil belajar yang berupa nilai test yang divalidasi adalah instrumen test yang berupa butir soal dengan content validity diperlukan kisi-kisi soal. Data yang berupa angka (data kuantitatif) dianalisis menggunakan diskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes setelah siklus I dan nilai tes setalah siklus II, kemudian direfleksi.
Prosedur Tindakan
Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap tindakan, tahap pengamatan/observasi dan refleksi.
Indikator Keberhasilan
Peningkatan aktivitas membaca indikatornya adalah adanya peningkatan aktivitas belajar dari kurang baik menjadi baik. Peningkatan hasil belajar matematika membandingkan bilangan 1 sampai 500 indikatornya adalah nilai ulangan harian yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 60.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika sebelum diadakan penelitian dapat dilihat pada tabel dan gambar grafik berikut.

Tidak ada komentar