Selain Grojogan Sewu, tempat lain yang sering dikunjungi para pelancong, terutama ibu-ibu adalah pasar Tawangmangu. Disini pelancong dapat sekedar berkeliling atau mencari oleh-oleh bagi sanak saudara dirumah (daripada dirumah ditanyain terus oleh-olehnya, karena piknik identik dengan bawa oleh-oleh).
Apalagi ya selain Grojogan Sewu dan Pasar Tawangmangu yang selalu berada dibenak ketika kita berkunjung kesitu? Tentu saja! Kuliner. Ya, Kita akan mudah menyebut salah satu kuliner yang paling terkenal dilokasi wisata Tawangmangu tersebut. Para pelancong pasti tidak ingin melewatkan untuk menikmati sate kelinci yang banyak disediakan pada daftar menu dihampir seluruh restorandan warung makan di obyek wisata Tawangmangu.
Namun yang mungkin anda lewatkan adalah minuman yang hanya ada di Tawangmangu, yakni Dawet Lawu. Mungkin anda sudah banyak menikmati berbagai macam "spesies" dawet dari berbagai daerah. Ada dawet Banjarnegara, dawet Bayat, atau dawet Telasih yang banyak dijual ditepi jalan.
Dawet Lawu ini sebenarnya tidak banyak berbeda dengan dawet-dawet lainnya. Perbedaan yang paling mencolok dari dawet ini adalah bahan baku cendol. Menurut Mas Wahyono selaku penemu dawet Lawu ini bahan baku cendol ini terbuat dari ketela ungu khas Tawangmangu. Maka, anda akan mendapat sajian semangkok dawet dengan warna ungu (wooww... fantastik).
Yang patut diingat adalah bahwa seluruh bahan baku dari dawet ini adalah 100% tanpa bahan pengawet atau kimia. Begitu juga dengan sirup dawet ini yang dibuat sendiri oleh Mas Wahyono dengan cara "nderes" sendiri dari pohon kelapa di desanya. Sedikit dicampur buah nangka, sirup dawet lawu ini terasa sekali sensasinya. Begitu juga dengan santan sebagai pelengkap dawet yang diunduh sendiri dari pohon kelapa.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5yFBHMfSyqpzBkKef5_p0eXo4hC8Fu_-SbIeeAeU6IyqlpDmPgFsRCMGpFAiclR4XS20iNZ9B8HJhcVKWB1WX4XurSjhaFIk-cjCP3-oWRuMhjjH1mwtsFSsF5ytbwh4BrgJKD2lUWYc/s1600/d3.jpg)
Menurut Mas Wahyono, dirinya sering ditawari oleh pelangganya yang berasal dari Solo untuk membuka cabang di kota Solo. Namun dirinya menolak karena ada bahan baku yang kadang tidak tersedia setiap saat. "Untuk legennya kadang mboten wonten mas, masalahe kulo kedah nderes piyambak saking kebon. Menawi wonten dukuh kulo wit klopo mboten ngembang kulo gantos ngangge gendhis aren. Niku nggih nderes piyambak. Menawi mboten wonten kulo pados dugi ngargoyoso mriko. Malih-malih menawi mangsa rendeng, gendhisipun mboten pati legi".
Ingin kembali ke Tawangmangu? jangan sampai lupa mampir ke tempat Dawet Lawu mas Wahyono. Jika diberi rating maka nilai untuk dawet ini bintang 4 koma sembilan. Noer Al Khosim
Tidak ada komentar