Home Top Ad

Cerita Anak: Mbok sayur

Share:
  Jam tiga pagi. Mbok Sinten sudah mendorong gerobak untuk kulakan sayur dan kebutuhan dapur ke pasar. Setelah terdengar adzan subuh, mbok Sinten segera pulang dengan membawa segerobak dagangan. Usai sampai di rumah, sholat subuh, memasak untuk sarapan ketiga anaknya sambil membereskan pekerjaan rumah lainnya. Sementara ketiga anaknya, Jonthit, Rumini dan Gigo masih mendengkur.
      “Udah siang nak, ayo bangun. Bangun. Sholat subuh, ayo bangun !” Begitu suara mbok Sinten kepada ketiga anaknya. Maklum, suaminya telah meninggal setahun yang lalu akibat kecelakaan korban tabrak lari. Maka mbok Sinten harus menjadi tulang punggung keluarganya, dan yang menjadi pekerjaan pokoknya adalah sebagai pedagang sayur keliling. Dan orang=0rang memanggilnya mbok sayur dorong, karena membawa dagangannya dengan gerobak.
       “Kamu jaga rumah, ya. Aku akan bantu ibu jualan sayur keliling” Kata Rumini kepada adiknya bernama Jonthit. Seperti biasanya, adiknya yang kecil, Gigo masih digendong ibunya sambil dorong gerobak sayur.
        “Sudah siap, bu. Ayo kita berangkat jualan sayur” Kata Rumini penuh semangat di minggu pagi itu. Pada hal banyak anak-anak seusianya jalan-jalan bersama keluarga di seputar alun-alun kota. Ada juga teman Rumini yang main sepeda putar-putar kota. Bagi Rumini, membantu mendorong gerobak sayur saat hari libur sangat menyenangkan. Selain bisa membantu ibunya, Rumini juga mengetahui bagaimana ibunya mencari uang untuk biaya hidup keluarga.
          “Ah, seandainya bapakku masih hidup. Mesti pekerjaan ibuku tak seberat ini” Bisik hati Rumini. Tetapi perasaan itu ia hilangkan, karena ia harus menerima takdir sebagai anak yatim dalam usia yang masih kecil. “Wah, sekarang ibu mau berhenti di depan  rumah mewah itu. Lho, itu kan Rista yang baru turun dari mobil pemilik rumah itu ?” Suara hati Rumini agak terkejut.
        “Sayur, sayuuuuuurr. Sayur, buuuuuuuu...!” Mbok Sinten segera memberi isyarat memanggil para ibu-ibu untuk belanja. “Rum, nanti kamu yang terima uangnya, ibu yang menyiapkan dagangannya” Kata ibunya kepada Rumini.
          “Siap, bu” Jawab Rumini. Ibunya tahu betul, karena Rumini paling jago kalau soal hitungan, apa lagi kalau hanya soal menjumlah uang belanjaan, cekatan dan pasti betul.
          Ada lima ibu rumah tangga yang belanja di tempat mbok sayur dorong, termasuk ibunya Rista. Rista merasa kaget melihat Rumini membantu kesibukan mbok sayur. Langsung saja ia mendekati dengan tatapan mata yang sinis.
        “Eh, ternyata kamu anak mbok sayur ya ?. Pantes saja kamu dekil kalau sekolah !” Ibunya Rista terkejut mendengar sapaan anaknya kepada Rumini. Ibunya menarik lengan Rista.
         “ Mama melarang kamu berkata seperti itu !”
         “Tapi benar, kan, ma. Rumini anaknya tukang sayur. Dan kalau ke sekolah dekil !” Rista mengulanginya lagi dengan sikap yang merendahkan  Rumini. Rasanya, mamanya ingin menjewer Rista, tetapi tidak mungkin dilakukan. Maka mamanya pun segera membawa Rista kedalam rumah.
         “Bu, Rista jangan dimarahi, ya ?!” Pinta Rumini kepada mamanya Rista. Sementara mamanya Rista mengajak masuk kedalam rumah dan mengajak duduk di kursi empuknya.
          “Kamu tahu nggak. Kata-kata kamu itu menyakitkan temanmu. Meskipun kenyataannya Rumini itu anaknya mbok sayur. Apa lagi kamu tambahi, kalau Rumini itu anak dekil. Ibu nasehati kamu. Kamu tidak boleh menghina kepada teman-teman kamu”
          “Tapi, ma.....”
          “Tidak perlu tapi-tapian. Sekarang juga kamu harus minta maaf pada Rumini dan ibunya. Ibu tunggu diluar !” Ibunya segera keluar rumah kembali melanjutkan belanja ke mbok Sinten.
       Sementara itu, rista diam merunduk. Ia berfikir untuk menuruti perintah ibunya untuk meminta maaf pada Rumini dan ibunya. Ataukah ia menolak. Berkali kali ia bimbang, namun setelah menagambil nafas dalam-dalam, akhirnya Rista datang menemui Rumini dan meminta maaf secara tulus. Ia sadar kalau ucapannya menyakitkan Rumini. Rosta pun membenarkan nasehat ibunya.
        “Rum, maaflan perkataanku tadi ya. Aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi” Kata Rista
         “Iya, aku pun telah memaafkanmu kok”
         “Maafkan aku mbok sayur”
         “Iya, tidak apa-apa, nak Rista” Jawab mbok Sayur menyambut salam Rista. Ibu-ibu yang masih belanja pun menyaksikan permintaan maaf Rista. Mamanya Rista pun senang dengan keberanian anaknya yang mengakui kesalahannya. Ibu-ibu yang sedang belanja pun senang dengan permintaan maafnya Rista, karena perkataan Rista sering bernada menghina orang kecil.
       “Anak yang baik, tidak pernah menyakiti hati temannya, bukankah begitu, Rista ?” Kata mamanya Rista.
        “Iya, maaa. Mulai sekarang, Rista tidak akan menyakiti hati teman Rista lagi” Kata Rista dengan senyum. 

Tidak ada komentar