ABSTRAK
Tujuan
dari penelitian ini adalah mendeskripsikan peningkatan prestasi belajar dengan metode pembelajaran pakem
melalui permainan memanfaatkan bahan sisa pada anak TK Desa Pondok Kelompok
B
tahun pelajaran 2010/2011.
Penelitian ini dilakukan kepada anak Kelompok B TK Desa Pondok tahun pelajaran 2010/2011 dengan
jumlah siswa 24 orang yang terdiri dari 11 laki-laki dan 13 perempuan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian tindakan kelas, pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan tes atau penugasan, sedangkan analisis data dilakukan dengan model
interaktif. Aktifitas
dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai proses
siklus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan metode
pembelajaran pakem melalui permainan memanfaatkan bahan sisa dapat meningkatkan
prestasi belajar pada anak TK Desa Pondok Kelompok B tahun pelajaran 2010/2011. Prestasi belajar dari kondisi
awal ke siklus II mengalami peningkatan, yaitu dari 2
anak (8%) yang memiliki prestasi belajar baik menjadi 22 anak (92%). Terjadi peningkatan
sebanyak 20 anak (84%). Sikap belajar dari kondisi awal ke kondisi akhir terdapat peningkatan. sikap belajar anak TK Desa Pondok Kelompok
B tahun
pelajaran 2010/2011 dari siklus I ke
siklus II terdapat peningkatan: aspek tekun (nilai rata-rata 3,2 menjadi 4,2, meningkat 1,0;
dari kategori baik menjadi amat baik), aspek menjawab (nilai rata-rata 3,3 menjadi 4,4,
naik 1,1; dari kategori baik menjadi amat baik); dan aspek
bertanya (nilai rata-rata 3,5
menjadi 4,1, meningkat 0,6;
dari kategori baik menjadi amat baik).
Kata kunci :
Prestasi belajar, Metode
pembelajaran pakem melalui permainan memanfaatkan bahan sisa
Latar Belakang Masalah
Taman
Kanak–Kanak sebagai pendidikan yang diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan
dasar, memiliki kelompok sasaran anak usia 3 – 6 tahun yang sering disebut masa
emas perkembangan. Di samping itu, pada anak usia ini anak–anak masih sangat
rentan yang apabila penanganannya tidak tepat justru dapat merugikan anak itu
sendiri. Dalam kenyataannya minat belajar anak saat proses belajar mengajar
sedang berlangsung belum optimal. Proses pembelajaran yang terjadi saat ini
yaitu bermain sambil belajar seraya belajar sambil bermain.
Karena bermain adalah realisasi dari
perkembangan diri dari kehidupan anak dapat tumbuh dan berkembang melalui
berbagai kegiatan yang dilakukan anak pada waktu bermain dan melalui pengalaman
anak dapat mengembangkan potensi–potensi yang dimilikinya melalui bermain.
Selanjutnya dengan bertambahnya usia anak dapat dengan sadar menyerap stimulasi
lingkungan dan mulai dapat mengorganisasikan serta melakukan generalisasi
terhadap pengalaman yang diperoleh.
Dari hasil refleksi awal di TK Desa Pondok penulis
menemukan bahwa minat belajar siswa untuk mengikuti pembelajaran masih rendah.
Minat belajar yang rendah mengakibatkan rendahnya kemampuan (prestasi) siswa TK
Desa Pondok.
Untuk meningkatkan minat belajar siswa agar
kemampuan dan prestasi belajar siswa meningkat, penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan metode proses pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan (PAKEM) melalui permainan memanfaatkan bahan sisa dengan tujuan
proses belajar mengajar dapat berjalan aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan penelitian : Apakah dengan
metode pembelajaran pakem melalui permainan memanfaatkan bahan sisa dapat meningkatkan prestasi
belajar pada anak TK Desa Pondok Kelompok
B tahun pelajaran 2010/2011?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian
tindakan kelas ini adalah mendeskripsikan peningkatan prestasi
belajar dengan metode pembelajaran pakem melalui permainan memanfaatkan bahan
sisa pada anak TK Desa Pondok Kelompok B tahun pelajaran 2010/2011.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian bagi siswa Taman kanak-kanak, proses pembelajaran ini dapat meningkatkan prestasi belajar. Bagi guru, dengan metode pembelajaran pakem melalui permainan memanfaatkan bahan
sisa dapat dijadikan sebagai
input dalam menemukan strategi dan proses belajar
mengajar yang baik sehingga dapat menyelenggarakan pembelajaran yang inovatif
dan kreatif. Bagi orang tua, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada orang tua,
utamanya pada peningkatan prestasi
belajar.
KAJIAN TEORI
Pembelajaran PAKEM
Anak membutuhkan bantuan dalam mempelajari
suatu hal, bagaimana mangatasinya, dan sebagainya. Untuk membuat anak
memecahkan masalah dengan efektif dan efisien, maka orang tua harus mamahami
dunia anak-anak. Sehingga anak akan berada pada dunianya bersama teman sebaya. Prestasi belajar pada anak
hendaknya selalu didasarkan perkembangan anak dengan diberi kesempatan dan
pengalaman dalam mengembangkan sifat-sifat alamiah.
PAKEM
adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan
suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan
mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si
pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya
menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Sehingga, jika
pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif,
maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar.
Peran aktif dari siswa sangat penting dalam
rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk
kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru
menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat
kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan
sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu
curah perhatiannya tinggi.
Menurut hasil penelitian, tingginya waktu
curah terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan
tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan
apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab
pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika
pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka
pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa.
Secara garis besar, gambaran PAKEM adalah
sebagai berikut: 1) Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman
dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat. 2) Guru menggunakan
berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat, termasuk menggunakan
lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik,
menyenangkan, dan cocok bagi siswa,
3) Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan
bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’ Guru menerapkan
cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar
kelompok. 4) Guru
mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah,
untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan
lingkungan sekolahnya.
Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam melaksanakan PAKEM, yaitu: 1. Memahami
sifat yang dimiliki anak. Pada dasarnya anak memiliki sifat: rasa ingin tahu dan berimajinasi.
Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau
anak bukan Indonesia – selama mereka normal – terlahir memiliki kedua sifat
itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir
kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita
olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat, anugerah Tuhan, tersebut.
Suasana pembelajaran dimana guru memuji anak karena hasil karyanya, guru
mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong anak untuk
melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang subur seperti yang
dimaksud. 2. Mengenal
anak secara perorangan. Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan
memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM (Pembelajaran Aktif, Menyenangkan,
dan Efektif) perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam
kegiatan pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama,
melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki
kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor
sebaya). Dengan
mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila mendapat kesulitan
sehingga belajar anak tersebut menjadi optimal. 3) Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar. Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain
berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan
dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu,
anak dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman,
anak akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk
seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun
demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat
individunya berkembang. 4) Mengembangkan
kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah. Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal ini
memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis
masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis
berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan
imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas
guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan sering-sering memberikan tugas
atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan
kata-kata “Apa yang terjadi jika …” lebih baik daripada yang dimulai
dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban
betul hanya satu). 5) Mengembangkan
ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik. Ruang kelas yang menarik
merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAKEM. Hasil pekerjaan siswa
sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seperti itu. Selain itu, hasil
pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik
dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. 6. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber
belajar. Lingkungan
(fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan
belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga
sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber
belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar dengan
menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan
dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan
lingkungan dapat men-gembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan
seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi,
membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram. 7) Memberikan
umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar. Mutu hasil belajar akan
meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik dari guru
kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan
balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu,
cara memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar
siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru
harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan
catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi
pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka. 8) Membedakan
antara aktif fisik dan aktif mental. Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa
kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur
berkelompok serta siswa duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri
yang sebenarnya dari PAKEM.
Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif
fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan
gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental
adalah tumbuhnya perasaan tidak takut: takut ditertawakan, takut disepelekan,
atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan
penyebab rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun
dari temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan
‘PAKEMenyenangkan.’ (Sudrajat, 2008:1)
Belajar Melalui Bermain
Bermain merupakan cara yang paling baik
untuk mengembangkan kemampuan siswa. Bermain merupakan cara alamiah anak untuk menemukan lingkungan,
orang lain, dan dirinya sendiri. Pada prinsipnya bermain mengandung rasa senang
dan lebih mementingkan proses dari pada hasil ahir. Perkembangan bermain
sebagai cara pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan perkembangan, umur, dan
kemampuan anak. Secara berangsur-angsur dikembangkan dari bermain sambil
belajar (unsur bermain lebih besar) menjadi belajar sambil bermain (unsur
belajar lebih banyak). (Depdikbud 1994 :11).
Bermain sebagai bentuk belajar di Taman
Kanak-kanak adalah bermain yang kreatif dan menyenangkan. Dengan demikian anak
didik tidak akan canggung lagi menghadapi cara pembelajaran dijenjang
pendidikan berikutnya. Oleh karena itu,dalam memberikan kegiatan belajar pada
anak didik harus diperhatikan kematangan atau tahap perkembangan anak didik,
alat bermain atau alat Bantu, metode yang digunakan, serta waktu, tempat dan
teman bermainya.
Bermain adalah kegiatan yang spontan dan
penuh usaha dan kegiatan tersebut merupakan dasar dari perkembangan. Dalam
beberapa bentuk permainan terlihat adanya persamaan yang dilakukan oleh
anak-anak. Setiap anak dengan caranya sendiri dan menurut tingkat perkembangan
sendiri akan selalu mencari kegembiraan dan kepuasan dalam bermain. Untuk
bermain, anak membutuhkan tempat bermacam-macam alat permainan, waktu dan
kebebasan.
Ahli pendidikan anak menyatakan bahwa cara
belajar anak yang paling efektif adalah dengan bermain. Dalam bermain anak
dapat mengembangkan otot besar maupun otot halusnya, meningkatkan penalaran,
memahami lingkungan, membentuk daya imajinasi, dunia nyata, dan mengikuti tata
tertib dan disiplin.
Unsur kebebasan pada pendidikan prasekolah,
adalah penting sifatnya. Hal ini berkaitan dengan tujuan pendidikan prasekolah
yaitu mengembangkan potensi anak secara optimal. Kebebasan dalam pendidikan
anak prasekolah dalam aplikasinya adalah bermain.
Secara alamiah bermain memotivasi anak untuk
mengetahui sesuatu lebih mendalam dan secara spontan anak mengembangkan
kreativitasnya. Dengan bermain anak mendapat banyak informasi tentang
peristiwa, orang, binatang, dan segala sesuatu yang ada disekitarnya. Anak
punya kesempatan bereksperimen, memahami konsep-konsep sesuai dengan
perkembangan anak.
“Bermain bukan bekerja, bermain adalah pura-pura, bermain bukan
sesuatu yang sungguh-sungguh, bermain bukan suatu kegiatan yang produktif; dan
sebagainya……bekerjapun dapat diartikan bermain sementara, kadang-kadang bermain
dapat dialami sebagai bekerja, demikian pula anak yang sedang bermain dapat
membentuk dunianya sehingga sering kali dianggap nyata, sungguh-sungguh,
produktif dan menyerupai kehidupan sebenarnya” (Soemantri Patmodewo. 2000:102).
Melalui bermain, memberikan kesempatan
kepada anak untuk mengembangkan potensi-potensi dan kemampuanya yang kreatif
dan konstruksi menurut pola perkembanganya sendiri secara wajar. Berkaitan
dengan itu, maka tugas guru adalah merencanakan dan memberi kesempatan dan
pengalaman-pengalaman dengan berbagai alat bantu permainan yang fungsional
untuk perkembangan harmonis anak.
Dalam tatanan pendidikan Taman Kanak-Kanak,
bermain dapat digambarkan sebagai suatu rangkaian kasatuan yang berujung pada
bermain bebas, bermain dengan bimbingan dan berahir pada bermain dengan
diarahkan. Bermain bebas dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan bermain
dimana anak mendapat kesempatan melakukan berbagai pilihan alat dan mereka
dapat memilih bagaimana menggunakan alat tersebut. Bermain dengan bimbingan,
model bermain dimana guru memilih alat permainan dan diharapkan anak-anak dapat
memilih guna menemukan konsep (pengertian tertentu). Bermain diarahkan, guru
mengajarkan bagaimana cara menyelesaikan suatu tugas yang khusus. (Soemiarti
Patmodewo, 2000:103).
Barmain juga merupakan tuntutan dan
kebutuhan yang esensial bagi anak TK. Melalui bermain anak akan dapat memuaskan
tuntutan dan kebutuhan perkembangan dimensi motorik, kognitif, kreativitas,
bahasa, emosi, sosial nilai dan sikap hidup.
Melalui kegiatan bermain anak dapat
mengembangkan kreativitasnya, yaitu melakukan kegiatan yang mengandung
kelenturan; memanfaatkan imajinasi atau ekspresi diri; kegiatan-kegiatan
pemecahan masalah, mencari cara baru dan sebagainya.
Sesuai dengan pengertian bermain yang
merupakan tuntutan dan kebutuhan bagi anak usia TK, menurut Hartley, Frank dan
Goldenson (Gordon & Browne, 1985:268) ada 8 fungsi bermain bagi anak: a) Menirukan apa yang dilakukan oleh orang
dewasa. Contohnya, meniru ibu memasak di dapur, dokter mengobati orang sakit
dan sebagainya. b)Untuk melakukan
berbagai peran yang ada di dalam kehidupan nyata seperti guru mengajar dikelas,
sopir mengendarai bus, dan lain-lain. c)
Untuk mencerminkan hubungan dalam keluarga alam pengalaman hidup yang nyata.
Contohnya ibu memandikan adik, dan lain-lain. d) Untuk menyalurkan perasaan yang kuat
seperti memukul-mukul kaleng, menepuk-nepuk air, dan sebagainya. e) Untuk melepaskan dorongan-dorongan yang tidak
dapat diterima seperti berperan sebagai pencuri, menjadi anak nakal, dan
lain-lain. f) Untuk kilas balik untuk peran-peran yang biasa dilakukan seperti
gosok gigi, sarapan pagi, dan lain sebagainya. g) Mencerminkan pertumbuhan
seperti pertumbuhan misalnya semakin bertambah tinggi tubuhnya dan lain-lain. h)
Untuk memecahkan masalah dan mencoba berbagai penyelesaian masalah seperti
menghias ruangan dan lain-lain.
Peran guru dalam kegiatan bermain dalam
tatanan sekolah (Hibana, 1998:77) antara lain sebagai : 1) Pengamat, di mana guru melakukan
observasi interaksi antar anak dan interaksi anak dengan benda di sekitarnya 2)
Elaborator, di mana guru berperan sebagai penyedia alat-alat untuk bermain bagi
anak. Alat tersebut dapat berupa benda maupun dirinya sebagai partner bermain
bagi anak. 3) Evaluator, di mana guru melakukan penilaian atau evaluasi melalui
pengamatan terhadap kegiatan bermain yang dilakukan anak. 4) Perencana, di mana
guru harus dapat membuat rencana kegiatan belajar sambil bermain agar anak
mendapatkan pengalaman baru yang dapat mendorong anak untuk mengembangkan minat
mereka.
Tidak ada komentar