ABSTRAK
Tujuan
dari penelitian ini adalah 1)untuk mendiskripsikan aktivitas dan hasil belajar IPA materi gaya magnet melalui
metode demonstrasi pada siswa Kelas V SD Negeri Weru 03 Semester II tahun
pelajaran 2011/2012.
Penelitan ini dilakukan kepada siswa kelas V SD Negeri Weru 03 semester II tahun pelajaran
2011/2012 melalui metode demonstrasi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode penelitian tindakan
kelas, pengumpulan data
melalui observasi, wawancara dan tes atau penugasan, sedangkan analisis data dilakukan dengan model
interaktif. Sedangkan
aktifitas dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data
sebagai proses siklus.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui metode
demonstrasi dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA materi gaya magnet pada siswa kelas V SD
Negeri Weru 03 Semester 1I tahun pelajaran 2011/2012. Aktivitas belajar siswa dari kondisi awal ke
siklus II terdapat peningkatan: aspek bertanya dari cukup baik menjadi amat baik;
aspek mengerjakan tugas dari cukup baik menjadi amat baik; aspek menjawab
pertanyaan dari cukup baik menjadi amat baik; dan aspek motivasi belajar dari
cukup baik menjadi amat baik. Hasil ulangan harian siklus
II mengalami peningkatan dibanding dengan kondisi awal ketuntasan siswa 19% menjadi 100% meningkat 81%. Nilai rata-rata kelas dari 54 menjadi 90 meningkat 36.
Kata kunci :
Aktivitas dan Hasil belajar IPA, Materi gaya magnet, Metode
demonstrasi.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan (KTSP) untuk Mata Pelajaran IPA, bahwa IPA
adalah “cara mencari tahu secara sistematis tentang alam semesta”. Dalam proses
mencari tahu ini pembelajaran IPA dirancang untuk mengembangkan Kerja Ilmiah
dan Sikap Ilmiah siswa. Pengertian tersebut mengandung makna bahwa proses
pembelajaran IPA di Sekolah Dasar menuntut guru mampu menyediakan mengelola
pembelajaran IPA dengan suatu metode dan teknik penunjang yang memungkinkan
siswa dapat mengalami seluruh tahapan pembelajaran yang bermuatan keterampilan
proses, sikap ilmiah, dan penguasaan konsep.
Sementara kenyataan di lapangan, pada mayoritas SD,
tuntutan karak-teristik pendidikan IPA sebagaimana diamanatkan oleh KTSP masih
jauh dari yang dimaksudkan. Implementasi KTSP lebih terfokus pada pembenahan
jenis-jenis administrasi pembelajaran. Sedangkan dalam pelaksanaan KBM belum
menunjukkan perubahan yang sangat berarti. Hal ini disebabkan antara lain,
pemberlakukan KTSP belum disertai dengan pelatihan bagi guru-guru bagaimana
mengelola pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kurikulum. Selain itu,
fasilitas pembelajaran IPA seperti media dan alat peraga, kualitas dan
kuantitasnya tidak banyak berubah, yaitu jauh dari memadai.
Berdasarkan observasi diketahui bahwa pelaksanaan
pembelajaran di SD Negeri Weru 03 melalui penggunaan model pembelajaran yang
bervariatif masih sangat rendah dan guru cenderung menggunakan model
konvesional pada setiap pembelajaran yang dilakukannya. Hal ini mungkin
disebabkan kurangnya penguasaan guru terhadap model-model pembelajaran yang
ada, padahal penguasaan terhadap model-model pembelajaran sangat diperlukan
untuk meningkatkan kemampuan profesional guru, dan sangat sesuai dengan
kurikulum berbasis kompetensi.
Untuk itu guru perlu meningkatkan mutu pembelajarannya,
dimulai dengan rancangan pembelajaran yang baik dengan memperhatikan tujuan,
karakteristik siswa, materi yang diajarkan, dan sumber belajar yang tersedia.
Kenyataannya masih banyak ditemui proses pembelajaran yang kurang berkualitas,
tidak efisien dan kurang mempunyai daya tarik, bahkan cenderung membosankan,
sehingga hasil belajar yang dicapai tidak optimal. Hal ini dapat dilihat dari
hasil belajar IPA siswa kelas 5 di SD Negeri Weru 03 yang berjumlah 16 siswa,
hanya 3 siswa
yang nilainya memenuhi nilai KKM (70).
Berdasarkan pada uraian diatas, Maka penulis mengadakan penelitian dengan judul “Peningkatan Aktivitas dan
Hasil Belajar IPA mater Gaya dan Magnet melalui Metode Demostrasi pada siswa
Kelas V SD Negeri Weru 03 semester
II Tahun Pelajaran 2011/2012”
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian
latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan penelitian: Apakah melalui
metode demonstrasi dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar IPA materi
gaya magnet pada siswa Kelas V SD Negeri Weru 03 semester II tahun pelajaran 2011/2012?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA materi
gaya magnet
melalui metode demonstrasi pada siswa Kelas V SD Negeri Weru 03 Semester II tahun pelajaran
2011/2012.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat
diperoleh dari hasil penelitian ini adalah: Secara teoritis, hasil
penelitian ini dapat memberikan informasi pada peningkatan aktivitas dan hasil belajar IPA di Kelas V
SD Negeri Weru 03 secara nyata, dan memperkaya khasanah pendidikan yang
berhubungan dengan proses pembelajaran IPA. Secara praktis penelitian ini berguna bagi guru, siswa dan sekolah. Siswa dapat lebih
berminat dalam pembelajaran IPA agar prestasi dapat meningkat. Guru dapat mengetahui
variasi dari
beberapa model pembelajaran, menjadi peka
dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran dikelasnya,
meningkatkan kinerja yang lebih profesional dan penuh inovasi serta memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu
kajian yang dalam terhadap apa yang terjadi
dikelasnya. Penelitian Tindakan Kelas ini akan memberikan sumbangan yang
bermanfaat bagi SD Negeri Weru 03 dalam rangka memperbaiki pembelajaran IPA
khususnya dan pembelajaran lain pada umumnya.
KAJIAN TEORI
Aktivitas
Belajar
Rohani (2004:96)
menyatakan bahwa belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas,
baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik ialah peserta didik
giat-aktif dengan anggota badan, membuat suatu bermain atau bekerja, ia tidak
hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Kegiatan fisik
tersebut sebagai kegiatan yang tampak, yaitu saat peserta didik melakukan
percobaan, membuat kontruksi model, dan lain-lain. Sedangkan peserta didik yang
memiliki aktivitas psikis (kejiwaan) terjadi jika daya jiwanya bekerja
sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam pengajaran. Ia
mendengarkan, mengamati, menyelidiki, mengingat, dan sebagainya. Kegiatan
psikis tersebut tampak bila ia sedang mengamati dengan teliti, memecahkan
persoalan, mengambil keputusan, dan sebagainya.
Selanjutnya
Hamalik (2001:175) mengatakan penggunaan aktivitas besar nilainya dalam
pembelajaran, sebab dengan melakukan aktivitas pada proses pembelajaran, siswa
dapat mencari pengalaman sendiri, memupuk kerjasama yang harmonis dikalangan
siswa, siswa dapat bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri, siswa dapat
mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis, dapat mengembangkan seluruh aspek
pribadi siswa, suasana belajar menjadi lebih hidup sehingga kegiatan yang
dilakukan selama pembelajaran menyenangkan bagi siswa.
Dengan
mengemukakan beberapa pandangan di atas, jelas bahwa dalam kegiatan belajar,
subjek didik atau siswa harus aktif berbuat. Dengan kata lain, bahwa
dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa aktivitas,
belajar tidak akan berlangsung dengan baik. Seperti yang dikemukakan oleh
Sardiman (1994:93) bahwa: ”pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat
untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar
kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip
atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar
mengajar”. Asas aktivitas digunakan dalam semua jenis metode
mengajar, baik metode mengajar di dalam kelas maupun metode mengajar di luar
kelas. Penggunaannya dilak-sanakan dalam bentuk yang berlain-lainan sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai dan disesuaikan dengan orientasi sekolah yang
menggunakan jenis kegiatan tersebut.
Berdasarkan
beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar
merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa selama proses
pembelajaran. Dengan melakukan berbagai aktivitas dalam kegiatan
pembelajaran diharapkan siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri tentang
konsep-konsep IPA dengan bantuan guru. Dalam hal ini, aktivitas yang diamati selama
kegiatan pembelajaran berlangsung dibatasi pada ruang lingkup.
Hasil Belajar
Belajar merupakan
suatu proses untuk mencapai hasil belajar. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan Abdurrahman (2003:28) bahwa ”belajar merupakan proses dari
seorang individu yang berupaya mencapai tujuan belajar atau yang disebut hasil
belajar, yaitu suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap”.
Perubahan tingkah laku siswa setelah mengikuti pembelajaran ter-diri dari
sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan
as-pek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek itu adalah pengetahuan,
pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial,
jasmani, budi pekerti, dan sikap.
Hasil Belajar diperoleh pada akhir proses pembelajaran dan
berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu bahan yang
telah diajarkan. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:3), hasil belajar
merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.
Dari sisi guru, tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil
belajar, dari sisi siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar.
Kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu bahan
yang telah diajarkan dapat diketahui berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh
guru. Salah satu upaya mengukur hasil belajar siswa dilihat dari hasil
belajar siswa itu sendiri. Bukti dari usaha yang dilakukan dalam proses
belajar adalah hasil belajar yang diukur melalui tes. Hal ini sesuai
dengan yang dikemukakan oleh Ahmadi (1984: 35) bahwa “Hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam
suatu usaha, dalam hal ini usaha belajar dalam perwujudan prestasi belajar
siswa yang dilihat pada setiap mengikuti tes”.
Hakikat Pembelajaran
IPA di Sekolah Dasar
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan
pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum
KTSP (Depdiknas, 2006:34) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta, konsep, atau prinsipsaja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”.
Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang
fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran
IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat
IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang empirik
dan faktual. Hakikat IPA sebagai proses diwujudkan dengan melaksanakan
pembelajaran yang melatih ketrampilan proses bagaimana cara produk sains
ditemukan.
Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas,
2006:35)
secara terperinci adalah: (1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan
Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam
ciptaann-Nya, (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3)
mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat, (4) mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, (5) meningkatkan kesadaran
untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam
dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan (7) memperoleh
bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan
pendidikan ke SMP atau MTs.
Materi Gaya Magnet
Benda Magnetis dan Non-magnetis. Benda magnetis adalah
benda-benda yang dapat ditarik oleh magnet, misalnya: besi, baja, aluminium,
dll. Benda Non-magnetis adalah benda-benda yang tidak dapat ditarik oleh
magnet, misalnya: plastik, kayu, kaca, kain, karet, dll.
Menunjukkan kekuatan gaya magnet yaitu 1) garis gaya
magnet, kekuatan gaya magnet tidak merata di seluruh bagiannya, tapi kekuatan yang
paling besar terdapat pada bagian kutub-kutubnya, baik kutub selatan maupun utara.
2) pengaruh jarak benda magnetis terhadap kekuatan gaya magnet. Semakin
jauh jarak benda magnetis dengan magnet, maka semakin kecil kekuatan magnet
untuk menarik benda tersebut. 3) kutub senama dan kutub tidak senama pada
magnet .Kutub senama: saling menolak dan kutub tidak senama: saling menarik
Penggunaan magnet dalam kehidupan sehari-hari yaitu 1) magnet
pada pintu lemari pendingin agar pintu tertutup rapat. 2) ujung gunting dan
ujung obeng untuk memudahkannya mengambil benda-benda logam kecil, seperti
jarum, baut, sekrup, dll. 3) bel listrik untuk menggerakkan pemukul belnya. 4)
papan catur agar pion-pionnya tidak mudah terjatuh. 5) kompas, sebagai penunjuk
arah utara dan selatan. 6) dinamo sepeda untuk menyalakan lampu sepeda. 7) alat
pengangkut benda-benda logam berat, dll.
Membuat magnet yaitu 1) induksi
caranya: menempelkan benda-benda magnetis dengan magnet alami.
caranya: menempelkan benda-benda magnetis dengan magnet alami.
2) Gosok, caranya: menggosokkan magnet dengan searah ke atas permukaan
besi atau baja. 3) aliran listrik caranya: mengalirkan listrik searah ke dalam
suatu penghantar. Magnet yang dihasilkan disebut elektromagnetik.
Elektromagnetik pertama kali ditemukan oleh Hans Christian Oerstead pada tahun
1819.
Contoh pembuatannya: Paku dililit kawat
sebanyak mungkin.
Sambungkan kedua ujung kumparan pada masing-masing ujung baterai.
Dekatkan paku besar tadi ke arah benda-benda magnetis kecil. (Handikomara, 2010:1)
Sambungkan kedua ujung kumparan pada masing-masing ujung baterai.
Dekatkan paku besar tadi ke arah benda-benda magnetis kecil. (Handikomara, 2010:1)
Metode Demonstrasi
Menurut Sanjaya (2006:39),
metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan
mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu,
baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan. Djamarah (2005:74), metode
demonstrasi adalah suatu metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu
proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran.
Roestiyah (2008:54),
metode demonstrasi adalah cara mengajar dimana seorang instruktur/atau tim guru
menunjukkan, memperlihatkan suatu proses sehingga seluruh siswa dalam kelas
dapat melihat, mengamati mendengar ataupun merasakan proses yang dipertunjukkan
guru tersebut.Selanjutnya menurut Sagala (2006:32), mengemukakan bahwa metode
demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau
benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan dapat diketahui dan
dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya.
Dari beberapa pendapat
diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan metode
demonstrasi adalah suatu cara guru mengajar, dengan mempertunjukkan atau
memperlihatkan kepada siswa tentang suatu proses atau cara kerja suatu benda
secara nyata ataupun tiruan, untuk mencapai tujuan pengajaran dan dengan
harapan siswa dapat memahami bahkan biasa melakukannya sendiri. Sebagai metode
penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh
guru.Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung
keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.
Tujuan pengajaran dengan menggunakan metode
demonstrasi adalah untuk memperlihatkan suatu proses suatu peristiwa sesuai
meteri pelajaran, cara pencapaiannya, dan kemudahan untuk dipahami oleh siswa
dalam pengajaran di kelas (Sagala, 2006:32).
Dengan penerapan metode
demonstrasi, peserta didik berkesempatan mengembangkan kemampuan pengamatan
suatu benda yang sedang terlihat dalam proses serta dapat mengambil
kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan. Dalam demostrasi diharapkan setiap
pembelajaran dari hal-hal yang didemonstrasikan itu dapat dilihat dengan mudah
oleh murid dan melalui prosedur yang benar dan dapat pulah dimengerti yang
diajarkan.
Menurut Daradjat (1985:98)
dalam Martiningsih, manfaat psikologis pedagogis dari metode demonstrasi adalah
: a) Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan . b) Proses belajar siswa lebih
terarah pada materi yang sedang dipelajari. c) Pengalaman dan kesan sebagai
hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa
Tidak ada komentar