ABSTRACT
The research is aimed to: 1) know the procedures of academic supervision using group method by the principal to improve teachers’ performance; and 2) to improve teachers’ performance for special education teachers at SLB Negeri Wonogiri academic year 2012/2013 through academic supervision.
The research is an action research. The research is administered in semester I academic year 2012/2013. The subject of the research are special education teachers at SLB Negeri Wonogiri academic year 2012/2013 consists of 8 teachers.
The research concludes that: 1) The procedures of academic supervision using group method by the principal to improve teachers’ performance are as follows: (a) announce the supervision process to the teachers; (b) prepare the supervision’s materials; (c) prepare the supervision instruments; (d) administering group supervision model in the form of office conference; and e) observe teachers’ teaching and learning processes in the classrooms; and 2) the academic supervision using group method able to improve teachers’ performance for special education teachers at SLB Negeri Wonogiri academic year 2012/2013.
Keywords: Teachers’ performance, academic supervision
PENDAHULUAN
Peran guru dalam mentransformasikan input-input pendidikan sangat penting. Hal ini tidak terlepas dari adanya sistem persekolahan yang mencakup input – proses – output, di mana guru sebagai salah satu faktor input yang berperan penting dalam proses guna dapat menghasilkan output sesuai dengan apa yang diharapkan.
Agar dapat melaksanakan proses yang berkualitas, guru dituntut untuk melaksanakan kinerja sesuai dengan standar kerja guru yang telah ditetapkan. Pasal 35 ayat (1) UU No. 14/ 2005 menyebutkan bahwa beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan.
Amanat yang terkandung dalam pasal tersebut mengimplikasikan bahwa sebenarnya ada lima tuga pokok yang harus dilaksanakan oleh guru. Akan tetapi, dari kelima tugas pokok tersebut hanya ada tiga jenis tugas yang berupa kegiatan tatap muka, yaitu melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, serta membimbing dan melatih peserta didik. Sedangkan tugas perencanaan pembelajaran yang merupakan salah satu tugas pokok sering terabaikan karena tidak berkaitan dengan tatap muka.
Hal yang sama terjadi pula di SLB Negeri Wonogiri. Sebagian besar guru hanya melakukan copy dan paste dari sekolah lain dalam penyusunan perencanaan pembelajaran sehingga mereka kurang memahami kebutuhan sekolah. Kondisi tersebut berdampak pada sering tidak sesuainya perencanaan dengan pelaksanaan yang dilakukan di kelas.
Keadaan yang kurang menggembirakan tersebut didukung oleh hasil penilaian pada tiga aspek kinerja guru yang meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembela-jaran, dan penilaian pembelajaran. Hasil penilaian menunjukkan bahwa perencanaan pembelajaran yang disusun oleh para guru sudah baik yang ditunjukkan dengan rata-rata skor sebesar 35.38 dari skor ideal sebesar 50 atau dengan tingkat ketercapaian kinerja rata-rata sebesar 70.75%.
Hasil penilaian pada aspek perencanaan pembelajaran yang sudah baik tersebut ternyata tidak ditunjang dengan kemampuan kinerja yang sebanding dalam pelaksanaan. Hal ini ditunjukkan dengan hasil penilaian pada aspek pelaksanaan di mana diperoleh skor rata-rata sebesar 64.75 dari skor ideal sebesar 100 atau dengan tingkat ketercapaian kinerja sebesar 64.75%.
Penilaian pada aspek kemampuan guru dalam penilaian juga tidak mencerminkan tingginya kemampuan guru dalam kemampuan penyusunan perencanaan pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan hasil penilaian pada aspek penilaian di mana diperoleh skor rata-rata sebesar 70.38 dari skor ideal sebesar 110 atau dengan tingkat ketercapaian kinerja sebesar 63.98%.
Secara keseluruhan, hasil penilaian kinerja guru pada ketiga aspek penilaian kinerja guru pada guru SLB Negeri Wonogiri masih belum optimal. Hal ini ditunjukkan dengan skor rata-rata yang diperoleh baru mencapai 170.5 dari skor ideal sebesar 260 atau dengan tingkat ketercapaian kinerja sebesar 65.58%.
Kondisi tersebut perlu menjadi perhatian bagi kepala sekolah untuk melakukan tindakan perbaikan. Tindakan perbaikan yang dapat dilakukan kepala sekolah adalah melalui kegiatan supervisi akademik.
Tujuan dilaksanakannya peneli-tian tindakan ini adalah: 1) Untuk mengetahui langkah-langkah pelaksa-naan supervisi akademik metode kelompok yang dilakukan oleh kepala sekolah guna meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran; dan 2) untuk meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran bagi guru melalui kegiatan suipervisi akademik metode kelompok pada guru SLB Negeri Wonogiri Tahun Pelajaran 2012/2013.
KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Kerangka Teori
Supervisi merupakan suatu kegiatan yang dirancang secara khusus untuk membantu para guru dan supervisor dalam. mempelajari tugas mereka. Hal ini dikemukakan oleh Sergiovani dan Starrat (Purwanto, 2003: 72) menyatakan bahwa "Supervision is a process designed to help teacher and supervisor learn more about their practice; to better able to use their knowledge and skills to better serve parents and schools; and to make the school a more effective learning community".
Supervisi dilakukan oleh kepala sekolah. Salah satu peranan Kepala Sekolah adalah sebagai Supervisor. Tugas sebagai supervisor adalah mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membantu para guru dan supervisor dalam mepelajari tugas sehari-hari di sekolah; agar dapat menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih baik pada orang tua peserta didik dan sekolah, serta berupaya menjadikan sekolah sebagai masyarakat belajar yang lebih efektif (Mulyasa, 2005: 72).
Berdasarkan pengertian di atas, maka supervisi adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh kepala sekolah untuk membantu para guru dan supervisor dalam mepelajari tugas sehari-hari di sekolah; agar dapat menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih baik pada orang tua peserta didik dan sekolah, serta berupaya menjadikan sekolah sebagai masyarakat belajar yang lebih efektif.
Supervisi akademik merupakan salah satu (fungsi mendasar (essential function) dalam keseluruhan program sekolah (Weingartner, 1973; Alfonso dkk., 1981; dan Glickman, et al; 2007). Hasil supervisi akademik berfungsi sebagai sumber informasi bagi pengembangan profesionalisme guru.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka tujuan dari supervisi akademik menurut Glickman, et al., (2007) adalah sebagai berikut: a) membantu guru mengembangkan kompetensinya, b) mengembangkan kurikulum, dan c) mengembangkan kelompok kerja guru, dan membimbing penelitian tindakan kelas (PTK) (Glickman, et al; 2007, Sergiovanni, 1987).
Kinerja guru, sesuai dengan Pasal 39 ayat (2) UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah keberhasilan seseorang dalam melaksanakan tugas pekerjaannya sebagai pendidik. Pasal 39 (ayat 2) UU No. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa “Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.”
Atas dasar hal tersebut di atas, maka kinerja guru mencakup aspek-aspek: 1) menyusun program pengajaran, menyajikan program pengajaran, evaluasi belajar, analisis evaluasi belajar, serta menyusun program pengayaan dan perbaikan terhadap peserta didik yang menjadi tanggungjawab; atau 2) menyusun program bimbingan, melaksanakan program bimbingan dan tindak lanjut dalam program bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggungjawabnya. Berdasarkan hal tersebut, kinerja guru merupakan unjuk kerja guru dalam menyusun program pengajaran atau program bimbingan.
SK MENDIKBUD Nomor 025/O/1995 menyebutkan bahwa standar prestasi kerja guru adalah minimal yang wajib dilakukan oleh guru dalam kegiatan proses belajar mengajar atau bimbingan. Standar prestasi kerja guru tersebut meliputi lima aspek, yaitu: 1) penyusunan program pembelajaran, 2) pelaksanaan program pembelajaran, 3) pelaksanaan evaluasi, 4) analisis evaluasi, dan 5) pelaksanaan perbaikan dan pengayaan.
Kerangka Pemikiran
Supervisi akademik dengan metode kelompok dalam pembinaan guru merupakan salah satu model supervisi pendidikan yang dilakukan kepala sekolah. Secara rutin dan terjadwal Kepala Sekolah melaksanakan kegiatan supervisi kepada guru-guru dengan harapan agar guru mampu memperbaiki proses pembelajaran yang dilaksanakan. Dalam prosesnya, kepala sekolah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada guru secara berkelompok melalui kegiatan office conference dan kemudian memantau secara langsung ketika guru sedang mengajar. Guru mendesain kegiatan pembelajaran dalam bentuk Rencana Pembelajaran kemudian kepala sekolah mengamati proses pembelajaran yang dilakukan guru.
Pelaksanaan supervisi kelompok yang dilakukan dengan simulasi akan memberikan pengalaman dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Hal ini pada gilirannya dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Kerangka pemikiran di atas secara lebih jelas dapat digambarkan ke dalam bagan berikut:
Gambar 2 Diagram Kerangka Berpikir
Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan yang diajukan adalah sebagai berikut: “supervisi akademik metode kelompok dapat meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran pada guru SLB Negeri Wonogiri tahun pelajaran 2012/2013”.
METODE PENELITIAN
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian, maka lokasi dilakukannya penelitian ini adalah di SLB Negeri Wonogiri. Dipilihnya lokasi tersebut dikarenakan peneliti merupakan Kepala Sekolah di SLB Negeri Wonogiri sehingga memudahkan dalam pelaksanannya.
Subjek dalam penelitian ini adalah guru-guru di SLB Negeri Wonogiri tahun pelajaran 2012/2013. Guru di SLB Negeri Wonogiri terdiri dari 8 orang guru.
Penelitian dilaksanakan selama 8 (enam) minggu yang dimulai pada bulan September tahun 2012 minggu ke 1 hingga bulan Oktober tahun 2012 minggu ke 4.
Penelitian tindakan ini terdiri dari 2 siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai, seperti yang telah didesian dalam variabel yang diteliti. Hasil observasi tersebut sebagai dasar untuk menentukan tindakan yang tepat dalam rangka meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, teknik wawancara, dan dokumen.
Prosedur analisisnya mengguna-kan model alur dari Kemmis dan Taggart yang intinya mengidentifikasi perkembangan dan perubahan subjek setelah subjek diberi perlakuan khusus atau dikondisikan pada situasi tertentu dengan tindakan dalam kurun waktu tertentu dan berulang-ulang sampai program dinyatakan berhasil
Untuk mengukur keberhasilan tindakan, peneliti merumuskan indikator-indikator ketercapaian program supervisi kelompok model direktif tentang pelaksanaan pembelajaran pada guru SLB Negeri Wonogiri. Indikator keberhasilan tindakan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
Tabel 2
Indikator Kinerja Guru
Ketercapaian Kategori
KG < 65 % Kurang
65% ≤ KG < 75% Cukup Baik
75% ≤ KG < 85% Baik
85% ≤ KG ≤ 100% Sangat Baik
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Kondisi Awal
Hasil penilaian terhadap kinerja guru menunjukkan bahwa skor tertinggi yang diperoleh dari kedelapan orang guru adalah 196, skor terendah yang diperoleh adalah 146, sedangkan skor rata-rata diperoleh sebesar 170.5. Skor ideal yang seharusnya diperoleh adalah 260, dengan demikian maka rata-rata tingkat ketercapaian kinerja guru pada kondisi awal baru mencapai 65.58%.
Berdasarkan data tersebut di atas, kinerja guru selanjutnya diklasifi-kasikan ke dalam empat kategori kinerja. Hasil klasifikasi dapat disajikan ke dalam tabel berikut.
Tabel 3
Kinerja Guru Kondisi Awal
No. Klasifikasi Jumlah %
1. Kurang 4 50.00
2. Cukup Baik 3 37.50
3. Baik 1 12.50
4. Sangat Baik 0 0.00
Jumlah 8 100.00
Data kinerja guru berdasarkan klasifikasi kinerja pada tabel di atas selanjutnya dapat disajikan ke dalam diagram sebagai berikut
Tindakan Siklus 1
Hasil penilaian terhadap perencanaan pembelajaran menunjuk-kan bahwa skor tertinggi yang diperoleh dari kedelapan orang guru adalah 46, skor terendah yang diperoleh adalah 35, sedangkan skor rata-rata diperoleh sebesar 40.5. Skor ideal yang seharusnya diperoleh adalah 50, dengan demikian maka rata-rata tingkat ketercapaian pada aspek perencanaan pada tindakan Siklus 1 adalah sebesar 81.00%.
Hasil penilaian terhadap pelaksanaan pembelajaran menunjukkan bahwa skor tertinggi yang diperoleh dari kedelapan orang guru adalah 87, skor terendah yang diperoleh adalah 62, sedangkan skor rata-rata diperoleh sebesar 74.13. Skor ideal yang seharusnya diperoleh adalah 100, dengan demikian maka rata-rata tingkat ketercapaian pada aspek pelaksanaan pada tindakan Siklus 1 adalah sebesar 74.13%.
Hasil penilaian terhadap penilaian pembelajaran menunjukkan bahwa skor tertinggi yang diperoleh dari kedelapan orang guru adalah 96, skor terendah yang diperoleh adalah 65, sedangkan skor rata-rata diperoleh sebesar 78.5. Skor ideal yang seharusnya diperoleh adalah 110, dengan demikian maka rata-rata tingkat ketercapaian pada aspek penilaian pembelajaran pada tindakan Siklus 1 adalah sebesar 71.36%.
Hasil penilaian terhadap ketiga aspek tersebut pada tindakan Siklus 1 menunjukkan bahwa skor tertinggi yang diperoleh dari kedelapan orang guru adalah 229, skor terendah yang diperoleh adalah 162, sedangkan skor rata-rata diperoleh sebesar 193.13. Skor ideal yang seharusnya diperoleh adalah 260, dengan demikian maka rata-rata tingkat ketercapaian kinerja guru pada tindakan Siklus 1 sudah mencapai 74.28%.
Tabel 4
Kinerja Guru Tindakan Siklus 1
No. Klasifikasi Jumlah %
1. Kurang 2 25.00
2. Cukup Baik 2 25.00
3. Baik 3 37.50
4. Sangat Baik 1 12.50
Jumlah 8 100.00
Data kinerja guru berdasarkan klasifikasi kinerja pada tabel di atas selanjutnya dapat disajikan ke dalam diagram sebagai berikut.
Tindakan Siklus 2
Hasil penilaian terhadap perencanaan pembelajaran menunjukkan bahwa skor tertinggi yang diperoleh dari kedelapan orang guru adalah 50, skor terendah yang diperoleh adalah 40, sedangkan skor rata-rata diperoleh sebesar 45.63. Skor ideal yang seharusnya diperoleh adalah 50, dengan demikian maka rata-rata tingkat ketercapaian pada aspek perencanaan pada tindakan Siklus 2 adalah sebesar 91.25%.
Hasil penilaian terhadap pelaksanaan pembelajaran menunjukkan bahwa skor tertinggi yang diperoleh dari kedelapan orang guru adalah 94, skor terendah yang diperoleh adalah 69, sedangkan skor rata-rata diperoleh sebesar 81.13. Skor ideal yang seharusnya diperoleh adalah 100, dengan demikian maka rata-rata tingkat ketercapaian pada aspek pelaksanaan pada tindakan Siklus 2 adalah sebesar 81.13%.Hasil penilaian terhadap penilaian pembelajaran menunjukkan bahwa skor tertinggi yang diperoleh dari kedelapan orang guru adalah 105, skor terendah yang diperoleh adalah 76, sedangkan skor rata-rata diperoleh sebesar 88.5. Skor ideal yang seharusnya diperoleh adalah 110, dengan demikian maka rata-rata tingkat ketercapaian pada aspek penilaian pembelajaran pada tindakan Siklus 2 adalah sebesar 80.45%.
Hasil penilaian terhadap ketiga aspek tersebut pada tindakan Siklus 2 menunjukkan bahwa skor tertinggi yang diperoleh dari kedelapan orang guru adalah 249, skor terendah yang diperoleh adalah 185, sedangkan skor rata-rata diperoleh sebesar 215.25. Skor ideal yang seharusnya diperoleh adalah 260, dengan demikian maka rata-rata tingkat ketercapaian kinerja guru pada tindakan Siklus 2 sudah mencapai 82.79%.
Data hasil penilaian kinerja guru pada tindakan Siklus 2 dapat disajikan ke dalam tabel berikut.
Tidak ada komentar