Home Top Ad

Guyon mathon: Korban Perasaan

Share:
Suara takbir menggema seantero dunia, bahkan sampai ke gang-gang sempit di desa kami, masjid yang dulunya sunyi, kini menjadi makmur dan gayeng. Dari anak-anak, remaja, dewasa hingga orangtua, tumblek blek takbiran. Mereka bersama-sama bertakbir secara bergantian hingga pagi hari menjelang sholat Idul Adha.
“ Kalau masjid kita setiap hari seperti ini..betapa bangganya Mas Kaji ya Kang, ?” kata kang Dirno mengawali jagongan. “ Kamu itu nggak mothok..apa hubungannya antara masjid yang makmur dengan Mas Kaji ?” Kata Kang Dirno negeske. “ Maksudku , ini khan salah keberhasilan Mas Kaji dalam membina masyarakat kita..ya..to ?” jawab Kang Dirno besengut. “  Makmurnya masjid ini sifatnya situasional dan tentatif, coba kalau gak ada moment Idul Adha, besok kembali sunyi “ Kang Dirno memberi rincian.
“ Betul banget Kang, edi mu itu..eh ,maksudku ide mu itu !” Kang Sangkan Paran menyela. Kang Sangkan Paran, Kang Dirno, Kang Waluyo Pruthul, Saya dan Mas Kaji akhirnya terlibat dalam adu argumentasi yang gayeng. Khususnya membahas masalah korban yang dilakukan oleh warga masyarakat.
“ Coba lihat daftar ini,..Yu Kojah, Yu Klumpuk, Yati Emrel, Lek Wiryo Anteng, lan liya-liyane..semua ramai-ramai ikut korban” Kata Kang Dirno sambil menunjukkan daftar para pekorban. “ Lho itu kan bagus..artinya mereka sadar betul ikut korban, berarti iman dan ketaqwaannya meningkat “ Sela Kang Sangkan membela. “ Kamu itu kayak nggak tahu mereka yang sebenarnya to Kang..Kang, mereka itu terkenal baqil, uthil mbethithil” Kata Kang Dirno semangat. “ Huss..kamu itu jangan shuudzon dulu “ Kang Sangkan kembali membela “ Kang Sangkan itu nggak tahu...kemarin itu aja ada amil Lazmuh yang datang kerumahnya, mereka malah tiarap dan ndelik..lho ?” Kata Dirno kembali mempertegas statemennya. “ Kok Ndelik..koyo soto wae kang..ha..ha.. ?” kata Kang Waluyo Pruthul yang ditertawakan temen-temennya.
“ Mereka itu termasuk golongan para korban perasaan , ikut berkorban karena ada perasaan nggak enak sama kanan dan kiri..ya to ?” jelas Kang Dirno minta diamini. “ Sudah..sudah, tidak baik menggunjing, mengghibah dan shuudzon terhadap orang lain “ Kata Mas Kaji menasehati. “ Bukan gitu Mas Kaji, maksudku itu korban itu kan sunat.. kalau zakat mal itu kan wajib, jadi mestnya mereka mendahalukan zakat mal dulu baru berkorban “ Kang Waluyo ngeyel. “ Ya Betul.. korban itu sunat muakat atau didahulukan, mestinya mereka membayar zakat mal dulu baru berkorban, besok akan saya sampaikan dalam kultum “ Jelas Mas Kaji. “ Setuju” jawab Kang Dirno, Waluyo Pruthul, Sangkan, hampir serempak.

Tidak ada komentar