Mata pelajaran matematika sangatlah penting diberikan kepada semua siswa mulai dari Sekolah Dasar sampai dengan tingkat Perguruan Tinggi. Pada dasarnya pelajaran matematika berperan untuk melatih berpikir secara logis, analisis, sistematis, kritis, dan kreatif. Hal tersebut diperlukan agar siswa mampu untuk memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi bagi kelangsungan hidupnya. Dari hasil pengamatan peneliti masih banyak siswa yang merasa kesulitan dalam belajar matematika khususnya dalam memahami konsep operasi pecahan yaitu penjumlahan dan pengurangan berbagai bentuk pecahan yang diajarkan oleh guru, sehingga hasil belajar siswa masih kurang memuaskan. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa hasil pembelajaran matematika khususnya operasi pecahan yaitu penjumlahan dan pengurangan berbagai bentuk pecahan belum dapat tercapai secara optimal. Kesulitan yang dialami oleh siswa dalam menyelesaikan operasi pecahan adalah untuk memahami dan menguasai konsep-konsep pecahan dengan benar. Selain itu, faktor yang menyebabkan masih rendahnya hasil dalam pembelajaran pecahan adalah kurang tepatnya model pembelajaran yang dipilih oleh guru. Guru hanya menerapkan sistem drill atau hafalan saja kepada para siswa. Metode pencekokan latihan soal yang banyak oleh guru akan berakibat tekanan besar pada belahan otak kiri, sedangkan otak kanan kurang berkembang sejalan dengan otak kiri. Akibatnya anak mudah jenuh dan kurang kreatif. Sistem drill atau melatih berulang-ulang berakibat materi-materi serta rumus-rumus matematika Sekolah Dasar itu hanya hafalan sebelum ujian dan siswa kurang memahami persoalan matematika.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka diperlukan suatu alternatif pemecahan agar dapat memberi perubahan yang lebih baik khususnya dalam menguasai materi operasi pecahan, juga pada keberhasilan dalam mata pelajaran yang lainnya. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran adalah dengan menggunakan model CTL. Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.
Penggunaan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) diharapkan agar siswa dapat menyelesaikan operasi pecahan yaitu menjumlahkan dan mengurangkan pecahan tanpa mengalami banyak kesulitan. Siswa dapat terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga minimal 80% siswa dapat mencapai nilai KKM yaitu 65. Guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan memantau semua kegiatan siswa selama pembelajaran berlangsung.
JURNAL b. lilisSehubungan dengan hal tersebut, maka diperlukan suatu alternatif pemecahan agar dapat memberi perubahan yang lebih baik khususnya dalam menguasai materi operasi pecahan, juga pada keberhasilan dalam mata pelajaran yang lainnya. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran adalah dengan menggunakan model CTL. Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.
Penggunaan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) diharapkan agar siswa dapat menyelesaikan operasi pecahan yaitu menjumlahkan dan mengurangkan pecahan tanpa mengalami banyak kesulitan. Siswa dapat terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga minimal 80% siswa dapat mencapai nilai KKM yaitu 65. Guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan memantau semua kegiatan siswa selama pembelajaran berlangsung.
Tidak ada komentar