Home Top Ad

PTK IPA SMP KELAS VIII: PENERAPAN “NHT-GUT” BERBASIS INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GETARAN GELOMBANG PADA SISWA KELAS VIII

Share:
Latar Belakang Masalah
      Mata pelajaran Fisika, Kimia dan Biologi di tingkat SMP merupakan cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yaitu pengetahuan yang disusun berdasarkan fakta, fenomena-fenomena alam, hasil pemikiran, dan hasil eksperimen yang dilakukan pada ahli. Dalam perkembangannya, IPA tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta saja, melainkan juga ditandai munculnya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Nana Sudjana (2000 : 30) mengemukakan bahwa "tujuan, bahan, metode dan alat serta penilaian menjadi komponen utama yang harus dipenuhi dalam proses belajar mengajar". Tujuan dalam proses belajar mengajar merupakan komponen pertama yang harus ditetapkan dalam proses pengajaran, berfungsi sebagai indikator keberhasilan pengajaran. Metode dan alat digunakan dalam pengajaran dipilih atas dasar tujuan telah tercapai atau tidak, maka penilaian yang harus memainkan fungsi dan peranannya. Dari uraian di atas jelas bahwa keempat komponen saling berhubungan dan saling berpengaruh satu sama lain dalam kegiatan belajar mengajar.
Faktor eksternal yang dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, salah satunya adalah ketepatan guru di dalam memilih metode mengajar. Seorang guru yang inovatif akan berani melakukan pembaharuan dalam tugasnya, berani memanfaatkan dan memperkaya pengalamannya. Dengan demikian, siswa dapat berkembang serta kaya dalam pengalaman belajar. Sesuai yang dikatakan Syaiful Bahri Djamarah (2000 : 19) bahwa "dalam melaksanakan tugas, guru sangat jarang menggunakan satu metode, tetapi selalu memakai lebih dari satu metode". 
Dalam memilih metode mengajar banyak pertimbangan yaitu : tujuan pembelajaran, materi, kemampuan dan kondisi siswa, situasi lingkungan, faktor ketersediaan penunjang serta kemampuan guru. Berdasarkan pengamatan di lapangan, khususnya di kelas yang saya ampu hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA masih banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 65 dan masih banyak terlihat siswa yang memiliki minat belajar rendah, karena mungkin siswa masih menganggap IPA penuh dengan hukum-hukum, rumus-rumus serta perhitungan-perhitungan yang dipahami, karena itu ada anggapan bahwa belajar IPA hanya perlu bagi yang berminat dan akan menjadi ahli IPA.
Belajar IPA sebenarnya perlu bagi setiap orang karena setiap hari orang berhadapan dan menggunakan gejala-gejala, peristiwa-peristiwa, serta hukum-hukum Fisika, hanya saja tidak setiap orang menyadari atau mengetahui. Sebagai contoh sewaktu kita memompa ban sepeda sebenarnya kita menggunakan hukum Boyle, sewaktu kita menimbang benda sebenarnya menggunakan hukum keseimbangan rotasi dan translasi, dan sebagainya. Agar proses belajar mengajar IPA memperoleh hasil belajar yang optimal, siswa sebagai subyek belajar sebaiknya dilibatkan secara fisik dan mental pada masalah-masalah kuantifikasi, prediksi, observasi, eksperimen, analisa dan menarik kesimpulan. Proses pembelajaran IPA didalam kelas harus mengutamakan keterlibatan siswa secara aktif untuk menemukan sendiri pengetahuan melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungan.
Tiga domain yang harus dikembangkan dalam pembelajaran IPA adalah domain kognitif, afektif dan psikomotor. Domain kognitif menekankan pembelajaran yang berkaitan dengan fakta, konsep, dan generalisasi yang dapat diperoleh melalui sumber sekunder atau dengan melibatkan prosedur empiris. Domain afektif meliputi sikap, nilai, minat, motivasi dan apresiasi terhadap mata pelajaran IPA. Domain psikomotor berkaitan dengan ketrampilan fisik yang diperlukan untuk melaksanakan tugas-tugas laboratorium. Berkaitan dengan hal itu, maka untuk mengajarkan IPA diperlukan metode yang tepat dan sesuai dengan karakteristik  IPA.
Pemahaman siswa tentang konsep partikel materi perlu ditingkatkan karena konsep partikel materi merupakan materi yang abstrak yang sulit dipelajari oleh siswa. Jika didalam penyampaian materi guru masih menggunakan metode yang tidak sesuai dengan karakteristik IPA, harus dicari solusi yang tepat supaya siswa tidak terjadi kesalahan konsep IPA khususnya konsep partikel materi. Untuk membangkitkan minat dan pemahaman  belajar siswa guru harus mengubah paradigma dari mengajar (teacher centered) menjadi paradigma belajar (student centered) sebagai usaha mempersiapkan siswa agar belajar mandiri (independent leaners) dan guru hanya sebagai fasilitator. Siswa harus diberi kesempatan untuk merekonstruksi pengetahuan yang mereka miliki dengan melibatkan semua kemampuannya. Salah satu metode mengajar yang bisa menumbuhkan keinginan siswa untuk menemukan sesuatu adalah metode Inkuiri terbimbing yang dipadu dengan metode NHT (Numbered Head Together).
Penyajian materi IPA hendaknya menggunakan metode mengajar dan media pembelajaran yang melibatkan proses ilmiah sehingga dapat menumbuhkan sikap ilmiah pada diri siswa. Media pembelajaran  yang bisa kita manfaatkan dalam proses belajar mengajar adalah media pembelajaran yang berupa permainan (game) salah satunya game ular tangga. Game Ular Tangga (disingkat menjadi GUT) adalah suatu permainan anak-anak yang bisa kita rancang dengan membuat suatu inovasi dengan soal-soal pertanyaan yang ingin mengetahui pemahaman siswa tentang suatu materi. Diharapkan dengan bertanya lewat media game ular tangga, siswa akan senang belajar IPA. Untuk menjawab tantangan tersebut penulis melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul : Penerapan “NHT-GUT” berbasis Inkuiri untuk meningkatkan hasil belajar IPA materi getaran dan gelombang pada siswa kelas VIII G SMP Negeri 15 Surakarta Semester II tahun pelajaran 2012/2013

Rumusan Masalah
Sesuai dengan pembatasan yang dikemukakan maka dapat dirumuskan masalah yang akan dicari pemecahannya sebagai berikut : Apakah penerapan metode “NHT-GUT” (Numbered Head Together dan Game Ulat Tangga) berbasis Inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi getaran dan gelombang pada siswa kelas VIII G SMP Negeri 15 Surakarta Semester II tahun pelajaran 2012/2013?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
Untuk meningkatkan  pemahaman siswa kelas VIII G SMP Negeri 15 Surakarta Semester II tahun pelajaran 2012/2013 pada materi getaran dan gelombang dengan menggunakan metode “NHT-GUT” (Numbered Head Together dan Game Ular Tangga) berbasis Inkuiri.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : 1) Bagi Siswa: Dibuktikannya pemahaman siswa kelas VIII G SMP Negeri 15 Surakarta Semester II tahun pelajaran 2012/2013 pada materi getaran dan gelombang dapat meningkat setelah dilakukan penelitian tindakan kelas. 2) Bagi Guru: Diperolehnya kiat baru dalam proses belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, dan sebagai bahan pertimbangan penelitian lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS
KAJIAN PUSTAKA
1.    Pengertian Belajar dan Teori Belajar
Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu hasil. Karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan. Proses belajar itu berbeda dengan proses kematangan. Kematangan adalah "proses dimana tingkah laku dimodifikasi sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembangan struktur serta fungsi-fungsi jasmani" (Wasty Soeminto, 1998 : 105). Dengan demikian, tidak setiap perubahan tingkah laku pada diri individu merupakan hasil belajar. Wittrok sebagaimana dikutip Good dan Brophy (1990 : 124) mendefinisikan "belajar sebagai sesuatu untuk menggambarkan proses perubahan". Slameto (1995 : 2) mengemukakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Hilgrad dan Bower dalam Ngalim Purwanto (1990 : 84) menyatakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau kesadaran sesaat seseorang. Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu usaha manusia untuk mendapatkan suatu perubahan struktural maupun fungsional yang diperoleh melalui pengamatan, pengalaman, dan latihan. Perubahan itu berlangsung terus menerus sehingga didapatkan tingkah laku baru, kemampuan yang akan menjadi milik pribadi. Belajar bukan hanya mengingat, melainkan lebih daripada itu, yakni mengalami. Untuk dapat disebut belajar, proses perubahan itu harus relatif mantap, harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang. Belajar merupakan proses suatu kegiatan dan bukan hasil atau tujuan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar sebaiknya menyeluruh. Seseorang akan menghubungkan bahan pelajaran yang satu dengan bahan pelajaran lain yang sebanyak mungkin. Mata pelajaran yang menyeluruh akan lebih mudah dipahami daripada hanya sebagian. Belajar juga merupakan reorganisasi pengalaman. Pengalaman merupakan hasil interaksi antar individu dengan lingkungannya. Apabila anak memecahkan suatu permasalahan maka akan memperoleh pengalaman belajar. Dalam menghadapi permasalahan itu anak dituntut menggunakan segala pengalamannya yang telah diketahui. Dengan demikian, anak akan menggunakan kembali pengalaman-pengalaman itu untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Jadi pada prinsipnya belajar juga merupakan suatu proses pemecahan masalah dengan menggunakan respon yang tepat. Mudah atau sulitnya pemecahan masalah tergantung pada pengamatan individu. Setelah menguasai bentuk penyelesaian problem, maka dapat dipindahkan untuk kemampuan lain.
Jadi dalam belajar, sesuai teori belajar Bruner seorang guru memperhatikan 4 hal yaitu: a) Mengusahakan agar setiap siswa berpartisipasi aktif, motivasi perlu ditingkatkan, kemudian perlu dibimbing untuk mencapai tujuan tertentu.b) Menganalisa struktur materi yang akan diajarkan, dan juga perlu disajikan secara sederhana sehingga mudah dimengerti oleh siswa.c) Menganalisa sequence. Guru mengajar, berarti membimbing siswa melalui urutan pernyataan-pernyataan dari suatu masalah, sehingga siswa memperoleh pengertian dan dapat men-tranfer apa yang sedang dipelajari.d) Memberi reinforcement dan umpan balik. Penguatan yang optimal terjadi pada waktu siswa mengetahui bahwa "ia menemukan jawab"nya.
syarat cukup suatu konsep. f. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu. g. Mengaplikasikan konsep.dan  pemecahan masalah.
dengan bantuan konsep. dapat dijalankan pendidikan formal.”
2. Hasil Belajar
a.    Pengertian Hasil Belajar
Individu yang belajar akan memperoleh hasil belajar yang merupakan perubahan atau perkembangan dalam diri individu yang dapat berupa sikap, nilai-nilai, tingkah laku, dan tingkat intelektualnya, sedangkan prestasi belajar merupakan tingkat keberhasilan individu setelah melakukan aktifitas belajar. Lindgren dalam Sri Widadi (1997 : 33), mengemukakan bahwa "Prestasi belajar adalah seluruh kecakapan dari hasil yang dicapai, diperoleh melalui proses belajar di sekolah dinyatakan dengan angka-angka atau nilai-nilai berdasarkan hasil tes belajar". Gronlund (1993 : 20) mengemukakan bahwa, "hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh seseorang setelah melakukan kegiatan belajar". Hasil belajar diukur dengan menggunakan tes yang berguna, yakni tes yang disusun atau dinyatakan berdasarkan kemampuan yang dapat diobservasi.
Jadi hasil belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai dari perbuatan belajar dan bertujuan untuk mendapatkan kepandaian. Pada penelitian ini hasil belajar dapat dilihat didalam nilai tes, yaitu tes prestasi belajar IPA pada materi getaran dan gelombang.
b.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar ada beberapa faktor yang mempengaruhi. hasil belajar. Demikian juga hasil belajar yang dicapai siswa akan dipengaruhi faktor-faktor tersebut. Faktor-faktor itu dapat berasal dari dalam diri siswa atau dari luar diri siswa. Faktor yang timbul dari dalam diri siswa terdiri dari faktor fisik / jasmani dan faktor mental/psikologis. Faktor fisik misalnya keadaan badan, lelah dan sebagainya. Faktor mental/ psikologis terdiri dari faktor kecerdasan, minat belajar, konsentrasi, ingatan, kesiapan siswa dalam menerima materi pelajaran dan motivasi berprestasi.
Adapun faktor-faktor yang timbul dari luar diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain a) guru; b) strategi pengajarar yang diterapkan oleh guru; c) metode mengajar yang digunakan oleh guru; d) sarana dan prasarana. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar Fisika adalah metode mengajar yang dipilih atau digunakan oleh guru.
3. Metode NHT (Numbered Head Together)
        NHT adalah salah satu tipe dari pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiasp siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok, presentasi kelompok dengan nomnor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan beri reward.
4.Permainan Ular Tangga atau Game Ular Tangga (disingkat GUT) berbasis           Inkuiri
    Permainan ular tangga adalah permainan papan untuk anak-anak yang dimainkan oleh 2 orang atau lebih. Papan permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil dan di beberapa kotak digambar sejumlah “tangga” atau “ular” yang menghubungkannya dengan kotak lain. Permainan ini diciptakan tahun 1870. Tidak ada papan permainan standar dalam ular tangga setiap orang dapat menciptakan papan mereka sendiri dengan jumlah kotak ular dan tangga yang berlainan. Setiap pemain mulai dengan bidaknya di kotak pertama (biasanya kotak di sudut kiri bawah) dan secara bergiliran melemparkan dadu. Bidak dijalankan sesuai dengan jumlah mata dadu yang muncul. Bila pemain mendarat di ujung bawah sebuah tangga, mereka dapat langsung pergi ke ujung tangga yang lain. Bila mendarat di kotak dengan ular, mereka harus turun ke kotak di ujung bawah ular. Pemenang adalah pemain pertama yang mencapai kotak terakhir.
Pada penelitian ini permainan atau game ular tangga, papan dibuat dari kardus bekas dengan ukuran 40 cm x 40 cm. Kemudian dibuat kotak sejumlah 100, penempatan gambar ular dan tangga bebas. Game ular tangga ini digunakan untuk melatih pemahaman siswa tentang materi getaran dan gelombang dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sudah disiapkan. Ketentuan permainan :
1. Jika siswa mendapat gambar tangga maka sebelum siswa naik, maka siswa wajib menjawab pertanyaan sesuai nomor di tangga tersebut, jika menjawab benar maka  langsung naik sesuai tangga tersebut dan mendapat bonus nilai 2 tetapi jika menjawab salah hanya boleh naik saja tapi tidak mendapatkan nilai.
2. Jika siswa mendapatkan gambar ular maka sebelum turun siswa wajib menjawab pertanyaan dulu, jika menjawab benar maka tidak perlu turun tetapi mendapatkan bonus nilai 1 dan jika menjawab salah maka bidak harus turun sesuai gambar ular tersebut.
3. Pada nomor-nomor tertentu  diberi tulisan “bonus” artinya siswa tidak perlu menjawab pertanyaan tapi langsung mendapatkan bonus nilai 4, sebagai motivasi bahwa dalam belajar IPA itu menyenangkan.
4. Permainan selesai jika sampai kotak dengan nomor 100 atau jika waktu pembelajaran sudah habis.
    Pembelajaran dengan game ular tangga berbasis Inkuiri artinya siswa setelah melakukan Inkuiri terbimbing di Laboratorium maka siswa diajak diskusi dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan melalui permainan ular tangga.
Kerangka Berfikir
    Berdasarkan teori dan penelitian yang relevan maka dapat dikatakan bahwa dengan menggunakan metode yang bervariasi antara metode NHT (Numbered Head Together) dan metode Inkuiri Terbimbing dilengkapi dengan permainan atau game ular tangga akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.    Setelah kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan variasi metode NHT (Numbered Head Together) dan Inkuiri , guru mengajak siswa untuk berdiskusi tentang pengalaman yang didapatkan dari setiap kegiatan yang dilakukan dengan cara bermain menggunakan permainan atau game ular tangga maka siswa akan termotivasi untuk belajar IPA khususnya materi getaran dan gelombang, siswa kelas VIII G SMP Negeri 15 Surakarta Semester II tahun pelajaran 2012/2013.  Hal tersebut dapat dilihat pada diagram berikut ini :



















Hipotesis Tindakan
            Melalui penerapan NHT-GUT (metode Numbered Head Together dan Game Ular Tangga) berbasis Inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar materi  getaran dan gelombang mata pelajaran IPA siswa kelas VIII G SMP Negeri 15 Surakarta Semester II tahun pelajaran 2012/2013.

METODE PENELITIAN

Seting Penelitian

1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di kelas VIII G SMP Negeri 15 Surakarta, tempat mengajar penulis, karena kelas VIII G merupakan kelas yang paling kooperatif dalam proses belajar mengajar dan dari tes awal, baru 14 siswa (46,67 %) yang mencapai batas KKM mata pelajaran IPA yaitu 65.
    2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari – April 2013. Penelitian dilaksanakan pada waktu tersebut karena menyesuaikan hirarki materi sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) kelas VIII pada KTSP.
Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII G Semester II Tahun pelajaran 2012/2013  sebanyak 30 siswa, yang terdiri dari 14 laki-laki dan 16 perempuan. Penelitian ini juga melibatkan kolaborator yaitu Indah Mulatsih, S.Pd.
Prosedur Penelitian
PTK kolaboratif ini  mengikuti pola penelitian tindakan  yaitu proses berdaur (siklus) dengan dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari: (1). Perencanaan (2). Tindakan (3). Observasi  dan (4) Refleksi (Susilo, 2007).  Siklus I untuk mengetahui hasil belajar siswa, dalam mengikuti pembelajaran pada materi getaran. Refleksi hasil siklus I, digunakan untuk tindakan pada siklus II pada materi gelombang
Pengumpulan Data
    Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara:  a.Angket digunakan untuk memperoleh informasi tentang minat siswa terhadap pembelajaran yang berlangsung. b.Observasi (pengamatan langsung) oleh peneliti dan kolaborator tentang aktivitas dan  sikap siswa pada saat proses pembelajaran. c.Tes, dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran (pra tindakan, maupun  tiap akhir siklus). Data dalam penelitian dikumpulkan melalui pedoman angket, lembar observasi maupun butir soal.
Analisis Data
Untuk menganalisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik diskriptik analitik, yang meliputi: data kuantitatif. Data  kuantitatif dianalisis dan dievaluasi  untuk menentukan peningkatan hasil belajar siswa. Dalam menganalisis data  peneliti menggunakan teknik analisis Miles dan Huberman yang dikutip Suwarsih Madya (2007) dengan  langkah-langkah  berikut:
1.     Reduksi Data, yaitu proses menyeleksi, menyederhanakan, dan mengubah bentuk data ’mentah’ untuk dirangkum dan dipilih data yang sesuai sehingga bisa ditarik kesimpulan dan diverifikasi.
2.    Penyajian Data (Display data), yaitu dibeberkan dalam bentuk narasi maupun matriks, grafik, dan/atau diagram, kemudian dideskripsikan untuk memudahkan pemahaman terhadap apa yang telah  terjadi dalam penelitian
3.     Penarikan simpulan, verifikasi, dan refleksi secara bertahap mulai dari kesimpulan sementara, yang ditarik pada akhir Siklus I sampai kesimpulan terakhir pada akhir Siklus II.
Indikator Keberhasilan
Indikator kinerja penelitian ini adalah pemahaman konsep yang diperoleh dari tes sudah  mencapai 85% siswa di kelas yang sudah tuntas.  
    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
SMP Negeri 15 Surakarta memiliki 22 kelas, diantaranya kelas VIII G. Hasil pengumpulan informasi awal menunjukkan pada kelas VIII G pada nilai materi pengertian getaran sebanyak 20 siswa (66,67%) menganggap bahwa belajar IPA itu sulit. Penyebab dominan adalah 14 siswa (46,67%) guru tidak jelas menerangkan dan 11 siswa (36,67 %) menganggap materi IPA itu sulit. Hasil  belajar siswa. menunjukkan rata-rata skor tes 62,33 dengan nilai terendah 36,67 dan nilai tertinggi 83,33. Siswa yang tuntas dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM = 65) hanya 14 (46,67 %)  dan masih terdapat 16 anak (53,33%) yang belum tuntas.
Tabel 1. Rangkuman Hasil Belajar Siswa  Sebelum Tindakan
No.    Rentang Nilai    Jumlah
1.    30 – 40     1
2.    41 – 50     4
3.    51 – 60    8
4.    61 – 70    10
5.    71 – 80     6
6.    81 – 90     1
7.    91 – 100     -
    Jumlah    30
    Rata-Rata    62,33
    Maksimum    83,33
    Minimum    36,67

Berdasarkan hasil refleksi disimpulkan bahwa siswa masih kurang faham dalam mempelajari materi pengertian getaran. Peneliti mengambil inisiatif bahwa pembelajaran materi getaran dapat disajikan dengan menarik yaitu dengan menerapkan variasi metode NHT-GUT (Numbered Head Together dan Game Ular Tangga) berbasis Inkuiri.
Deskripsi Hasil Penelitian Tiap Siklus
    1.    Siklus I
Diskripsi pengamatan pada proses pembelajaran Siklus I dengan materi getaran pada pegas dan ayunan matematis secara lengkap dapat disajikan pada Lampiran     dengan rangkuman sebagai berikut:
1).    Aktivitas Siswa pada siklus I belum hidup, karena hanya terjadi pertanyaan 8 siswa (26,67) dan tanggapan hanya 20 %
Tabel 2. Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Siklus I
No.    Aktivitas    Jumlah    Persentase
 1.    Bertanya    8    26,67
2.    Pendapat/Tanggapan    6    20,00
    Jumlah    14    46,67

2).    Aktivitas guru,  sudah baik khususnya dengan penggunaan media permainan atau game ular tangga dan menarik memungkinkan siswa  termotivasi dengan baik. Tetapi karena jumlah siswanya banyak mobilitas guru agak terganggu, sehingga tidak bisa tepat waktu.
Dengan pembelajaran siklus I siswa diajak untuk lebih aktif, namun demikian masih ditemukan beberapa hal:
1).    Terdapat beberapa siswa dalam kelompok yang  ogah-ogahan dan kesana kemari “mengintip pekerjaan temannya”.
2).    Ada kelompok yang melaksanakan percobaan belum optimal, karena masih belum bisa membaca lembar kerja Inkuiri.
3).    Sebagian besar kelompok sudah melaksanakan diskusi dengan baik, meskipun ada kelompok yang masih belum bisa kerjasama dalam membantu menjawab pertanyaan guru pada saat diskusi dengan menggunakan metode NHT (Numbered Head Together)
4).    Terdapat siswa  dalam kelompok masih takut dan malu-malu ketika mencoba permainan / game ular tangga, saya mendengar banyak yang berdo’a supaya tidak mendapat pertanyaan tapi mendapatkan kotak bonus.
    2.    Siklus II
Hasil pengamatan proses pembelajaran siklus II secara lengkap pada Lampiran    dan secara lengkap dirangkum sebagai berikut:
1).    Aktivitas Siswa, sudah menunjukkan peningkatan,  di mana terjadi 25 aktivitas (73,33%) (Tabel 6).
Tabel 3.  Aktivitas Siswa  pada Pembelajaran Siklus II
No.    Aktivitas    Jumlah    Persentase
1.    Bertanya    13    43,33
2.    Pendapat/Tanggapan    9    30,00
    Jumlah    22    73,33

2).     Aktivitas guru khususnya penerapan variasi metode mengajar yang menarik dan penggunaan media permainan / game ular tangga yang tepat dan menarik  memungkinkan siswa termotivasi dengan baik sehingga bersemangat. Kendala yang dihadapi adalah terbatasnya waktu pembelajaran.
Hasil analisis pada tahap ini adalah
1).    Siswa nampak bersemangat, ketika guru memberikan contoh lembar kerja  yang harus dikerjakan siswa.
2).    Mayoritas siswa langsung mengerjakan tugas dari guru
3).    Semua kelompok sudah antusias melakukan percobaan di Laboratorium dengan metode Inkuiri
4).    Sebagian besar kelompok sudah melaksanakan diskusi dengan baik, meskipun ada kelompok yang masih belum bisa kerjasama dalam membantu menjawab pertanyaan guru pada saat diskusi dengan menggunakan metode NHT (Numbered Head Together)
5)  Setiap kelompok sudah terbangun semangat karakter gotong royong  atau bekerja sama dalam menyelesaikan persoalan materi gelombang, sehingga setiap siswa yang mendapatkan soal-soal yang berbeda bisa diselesaikan secara kompak di kelompoknya masing-masing.
5).    Semua kelompok bersemangat sekali ketika melakukan permainan atau game ular tangga, dan berlomba-lomba untuk mendapatkan nilai tertinggi supaya mendapatkan reward dari guru
Pembahasan Tiap Siklus dan  Antar Siklus
1.     Pembahasan Tiap Siklus
a.    Siklus I   
1).    Minat siswa, dilihat dari antusiasme pada siklus I mayoritas siswa (63,89 %) senang  dan 9 siswa (25,00 %) sangat senang dengan pembelajaran yang berlangsung, sedangkan 4 siswa (11,11 %) menjawab tidak tahu (Tabel 8). Sedangkan respon setelah mengikuti pelajaran juga bagus, di mana 72,22 % siswa menyatakan proses pembelajaran  yang berlangsung memudahkan siswa untuk belajar dan 27,78 % menyatakan pembelajaran menarik (Tabel 9).
Tabel 8. Antusiasme  Siswa  pada Pembelajaran Siklus I
No.    Antusiasme    Jumlah    Persentase
1.    Tidak Senang    0    0,00
2.    Senang    21    70,00
3.    Sangat Senang    7    23,33
4.    Tidak Menjawab/Tidak Tahu    2    6,67
    Jumlah    30    100

Tabel   9. Respon terhadap proses pembelajaran Siklus I
No.    Respon    Jumlah    Persentase
1.    Menarik    5        16,67
2.    Memudahkan Belajar    15    50,00
3.    Perlu Dilanjutkan    8    26,67
4.    Kurang Menarik/Sulit    2    6,67
5.    Tidak Menjawab/Tidak Tahu    0    0
    Jumlah     30    100

    2).    Hasil belajar siswa menunjukkan rata-rata skor tes 73,50 dengan nilai minimum 45 dan nilai maksimum 95. Siswa yang tuntas 25 siswa (83,33 %) dan masih terdapat 5 siswa (16,67%) yang belum tuntas. Hasil belajar Siklus I secara lengkap pada Lampiran    dan dirangkum pada Tabel  10. berikut.
Tabel 10. Rangkuman Hasil Belajar Siswa  pada Siklus I
No.    Rentang Nilai    Jumlah
1.    30 – 40    0
2.    41 – 50     2
3.    51 – 60     3
4.    61 – 70     8
5.    71 – 80     7
6.    81 – 90     9
7.    91 – 100     1
    Jumlah    30
    Rata-Rata    73,5
    Maksimum    95
    Minimum    45

b.    Siklus II
1).    Minat siswa, pada siklus II mayoritas anak (53,33 %) sangat senang dengan variasi metode mengajar yang berlangsung (Tabel  11).
                    Tabel 11.  Antusiasme Siswa terhadap Pembelajaran Siklus II

No.    Antusiasme    Jumlah    Persentase
1.    Tidak Senang    0    0,00
2.    Senang    14    46,67
3.    Sangat Senang    16    53,33
4.    Tidak Menjawab/Tidak Tahu    0    0,00
    Jumlah    30    100,00

Respon terhadap  pembelajaran (Tabel 12),  53,33%  siswa menyatakan bahwa pembelajaran  yang berlangsung  memudahkan dalam belajar.
Tabel  12.  Respon Siswa terhadap proses pembelajaran Siklus II

No.    Respon    Jumlah    Persentase
1.    Menarik    5    16,67
2.    Memudahkan Belajar    16    53,33
3.    Perlu Dilanjutkan    9    30,00
4.    Kurang Menarik/Sulit    0    0,00
5.    Tidak Menjawab/Tidak Tahu    0    0,00
    Jumlah     30    100

2).    Hasil belajar yang diperoleh menunjukkan bahwa rata-rata skor tes  sama dengan 80,67 dengan nilai minimum 55 dan maksimum 100. Terdapat  28 siswa (93,33%) yang sudah tuntas dan masih terdapat 2 siswa (6,67%) yang belum tuntas (Tabel 13). 
Tabel 13.    Rangkuman Hasil Belajar Siswa pada Siklus II
No.    Rentang  Nilai    Jumlah
1.    30 – 40     0
2.    41 – 50     0
3.    51 – 60     2
4.    61 – 70     4
5.    71 – 80     9
6.    81 – 90     11
7.    91 – 100     4
    Jumlah    30
    Rata-Rata           80,67
    Maksimum    100
    Minimum    55

2.     Pembahasan Antar Siklus
a.    Peningkatan Aktivitas Siswa
Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran  dari siklus I sampai siklus II semakin meningkat, baik dari segi kualitas dan kuantitasnya.  Seperti dirangkum dalam Tabel  17.
Tabel 17. Rangkuman Aktivitas Siswa Tiap Siklus
No    Aktivitas    Siklus I    Siklus II
        N    %    N    %
1.    Bertanya    8    26,67    13    43,33
2.    Pendapat/Tanggapan    6    20,00    9    30,00
    Jumlah    14    46,67    22    73,33

Berdasarkan pengamatan guru, terjadi perubahan pada siswa dalam menanggapi materi (konsep) yang disampaikan guru. Dengan variasi metode pembelajaran antara NHT (Numbered Head Together) dilengkapi dengan Game Ular Tangga berbasis Inkuiri dalam pembelajaran siswa menjadi lebih bersemangat dan komunikatif, hal tersebut nampak dari meningkatnya frekuensi aktivitas masing-masing siklus, di mana dari 46,67 % menjadi 73,33 % atau terjadi kenaikan aktivitas siswa 26,67 %.
Aktivitas siswa berkaitan dengan lembar kerja, banyak siswa (baik dalam kelompok atau mandiri)  masih menunggu dari guru karena siswa masih bingung. Hal ini mungkin selama ini siswa kurang diberi kebebasan untuk mengekspresikan ide sehingga kurang berani mengambil keputusan untuk diri sendiri. Apalagi dengan menggunakan metode mengajar yang bervariasi dan dilengkapi dengan permainan dalam pembelajaran merupakan hal yang baru bagi siswa. Hal ini awalnya membuat siswa terkesan “kaget”, ketika diminta guru meminta siswa untuk presentasi hasil diskusi berdasarkan nomor yang keluar dalam undian.
b.    Peningkatan pemahaman Siswa
Pemahaman siswa nampak meningkat, ketika pembelajaran IPA materi getaran dan gelombang dilaksanakan dengan pendekatan yang menarik. Terbukti hasil angket tiap siklus menunjukkan mayoritas siswa senang dengan pembelajaran yang diikuti (Tabel 18). Rasa senang siswa sering diekspresikan berlebihan (kadang-kadang  siswa asyik sendiri tanpa peduli petunjuk guru), mungkin siswa senang karena bebas berekspresi.
Tabel 18. Rangkuman Antusiasme Siswa Tiap Siklus
No    Antusiasme    Siklus I    Siklus II
        N    %    N    %
1.    Tidak Senang    0    0,00    0    0.00
2.    Senang    21     70,00    14    46,67
3.    Sangat senang    7    23,33    16    53,33
4.    Tidak tahu    2    6,67    0    2.78
    Jumlah    30    100    30    100

Tabel 18. juga menunjukkan bahwa terjadi peningkatan perasaan “sangat senang” siswa terhadap pembelajaran yang berlangsung, di mana  dari siklus I ke siklus II  naik. Selain itu  juga terjadi kenaikan pada respon siswa bahwa pembelajaran yang berlangsung menarik. (Tabel 19).
Tabel 19. Rangkuman Respon Siswa Tiap Siklus
No    Respon    Siklus I    Siklus II
        N    %    N    %
1.    Menarik    5    16,67    5    16,67
2.    Mudah Belajar    15    50,00      16    53,33
3.    Perlu Dilanjutkan    8    6,67    9    30,00
4.    Kurang Menarik/Sulit     2    6,67    0    0.00
    Tidak Menjawab     0    0,00    0    0,00

c.    Peningkatan Hasil belajar
Secara kognitif, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variasi metode pembelajaran NGT-GUT (Numbered Head Together dan Game Ular Tangga) berbasis Inkuiri terdapat peningkatan yang signifikan  dari siklus I ke siklus II (Tabel 20).
Tabel 20. Rangkuman  Hasil Belajar Siswa Tiap Siklus
No.    Rentang
Nilai    Siklus I    Siklus II
1.    30 – 40     0    0    0    0
2.    41 – 50     2    6,67    0    0
3.    51 – 60     3    10,00    2    6,67
4.    61 – 70     8    26,67    4    13,33
5.    71 – 80     7    23,33    9    30,00
6.    81 – 90     9    30.00    11    36.67
7.    91 – 100     1    3,33    4    13,33
    Jumlah    30    100.00    30    100.00

Hasil dari masing-masing siklus juga menunjukkan adanya peningkatan rata-rata hasil belajar sebesar ketuntasan belajar yang dicapai siswa, di mana dari siklus I ke siklus II terjadi kenaikan dari 83,33 %  menjadi 93,33 % atau naik sebesar 10 % (Tabel 21)
Tabel 21. Diskripsi Data Hasil Belajar dan Ketuntasan Tiap Siklus
No    Kegiatan
    Nilai
Minimum    Nilai
Maksimum    Nilai
Rata-rata    Tuntas    % Tuntas
1.    Pra Tindakan    36,67    83,33    62,33        14    46,67
2.    Siklus I    45    95    73,50    25    83,33
3.    Siklus II    55    100    80,67    28    93,33

Hasil tersebut menunjukkan bahwa dengan menerapkan metode yang bervariasi yaitu NHT-GUT (Numbered Head Together dan Game Ular Tangga) berbasis Inkuiri mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini menunjukkan bahwa dengan memanfaatkan kreativitas yang ada pada siswa mampu mengoptimalkan semua kecerdasan yang dimiliki siswa sehingga intelektualnya terasah. 
PENUTUP
A.    Simpulan
            Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa : Penerapan “NHT-GUT” (Numbered Head Together dan Game Ular Tangga) berbasis Inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi getaran dan gelombang pada siswa kelas VIII G SMP Negeri 15 Surakarta Semester II Tahun pelajaran 2012/2013
B.    Saran
        Bertolak dari kesimpulan di atas , disarankan kepada :
1.    Bagi guru : a) Para guru hendaknya dapat meningkatkan kreatifitas dan inovasi dalam menerapkan variasi metode pembelajaran.b) Melatih keberanian siswa untuk bertanya dan menyampaikan pendapat. c) Guru harus terus menerus memberikan rangsangan dan dorongan kepada siswa untuk aktif menyampaikan pendapat.
        2.    Bagi Kepala Sekolah ; Hendaknya mendukung dan mendorong para guru untuk meningkatkan kreatifitas dan inovasi guru dalam menerapkan variasi metode pembelajaran yang dipadu dengan permainan sebagai cara menarik perhatian dan minat anak, merangsang tumbuhnya pengertian , menciptakan situasi belajar yang menyenangkan bagi anak.

DAFTAR PUSTAKA
 Depdiknas. ( 2003 ).  Pendekatan Kontekstual. Jakarta : Dirjen Dikdasmen.
 Druxes, Herbert. 1995.  Kompedium Didaktik Fisika,  alih bahasa Soeparmo.  Bandung :    Remaja Karya.
Jumadi.  1995.   “Pengembangan  Terpadu  Aspek  Pengetahuan Ketrampilan – Sikap  Dalam  Proses Belajar Mengajar Fisika di SMA”.  Cakrawala Pendidikan, no : 2, Tahun XIV,  hal 15.
Nana Sudjana. 2000.  Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar.  Bandung    :     Sinar  Baru  Algensindo.
  Ngalim Purwanto. 1990.  Psikologi Pendidikan Bandung  :  Remaja Rosdakarya.
  Slameto. 1995.   Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhinya.  Jakarta   :   Rineka   Cipta.
  Soetomo.  1993.  Interaksi Belajar Mengajar.  Surabaya  :  Usaha Nasional.
Suharsini Arikunto,  “ Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek “ , Jakarta Rineka Cipta , 1998
Suharsini Arikunto,  “  Penelitian Tindakan Kelas “ , Jakarta, Bumi Aksara , 2006
     Susilo, 2007. ” Panduan Penelitian Tindakan Kelas ”. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.
      Suwarsih Madya, 2007. “ Penelitian Tindakan Kelas ”. www.ktiguru.org. Akses 28 Agustus 2007.
  Syaiful Bahri Djamarah.  2000.  Guru dan Anak-Anak Didik Dalam Interaksi  Edukatif.  Jakarta  :  Rineka Cipta.
   Toeti Soekamto   dan   Udin Saripudin.    1996.        Teori Belajar   dan   Model-Model  Pembelajaran.  Jakarta  :  PAU-PPAI Universitas Terbuka.
  Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Zuhdan K.Prasetyo. 2008. Metode Pembelajaran Inquiry, Menggugah Minat Belajar Siswa. Surakarta : UNS Pres


Tidak ada komentar